welcome

Minggu, 02 Februari 2014

Warna Senja (ɔ˘ ³(•˘-˘•)


Abu-abu coklat jingga merah yang perlahan berubah menjadi hitam kelam bertabur polkadot putih. Senja itu memukau, sama seperti mu. Aku masih duduk disini–hampir setiap hari. Di taman kecil tengah kota ini, taman tempat pertunjukan senja sering diputar live hampir setiap hari. Bangku kayu di bawah pohon akasia di taman ini selalu memberikan ku tempat––selalu, seperti kau dulu.

Aku menghela nafas lagi, ini sudah 3 tahun. Tapi mimpi masih sering menggambarkan siluetmu. Samar-samar jelas aku melihat mu disana. Di taman itu bersama ku sedang tertawa. Kau dan aku––kita.

Aku terkadang lupa bagaimana awal kita bertemu. Bagaimana kau seolah menjadi makna dalam semua sketsa ku. Menjadi arti dari semua artwork abstrak ku. Kau memberikan suatu kesan yang dalam seperti Avenue of Poplars at Sunset Van Gogh. Aku memang terkadang lupa, tapi aku benar-benar tak ingin melupakan. Aku  menyukai tempat ini, rumput yang hijau, pohon-pohon yang rindang, bunga-bunga yang merekah, lalu di tambah kau adalah hal yang terlalu indah untuk dapat dilupakan. Aku benar-benar tak ingin lupa. 

Tapi waktu duduk dibangku taman ini, aku ingat––senja ini yang menuntunmu, yang menuntunku. senja yang waktu itu entah bagaimana menuntunku beranjak dari bawah pohon akasia disana lalu menemuimu di bangku kayu taman ini. Takdir memang menakjubkan. 

Berlama-lama duduk disini, semakin aku mengingatnya dengan jelas. Aku juga ingat saat itu, saat kau benar-benar memutuskan tak akan duduk lagi disampingku di bangku kayu ini. Aku ingat saat kau ingin menemuiku disini untuk terakhir kali walau sudah ku katakan aku tak akan datang. Saat kau katakan ingin mengucapkan selamat tinggal walaupun sudah ku bilang aku tak ingin dengar.

Saat itu aku sedikit kecewa, aku tak mengerti apa yang kau fikirkan. kenapa kau ingin mengucapakan selamat tinggal ? Jika kau memang harus pergi––pergilah, tapi kembali sesudahnya. Kenapa kau ingin bertemu untuk terakhir kali ? kenapa kau ingin mengakhirinya ? padahal kita belum memulai. 

Abu-abu coklat Jingga merah itu pasti berubah menjadi hitam walaupun perlahan.

Dan saat ini, di bangku taman bersama senja yang kita warnai kenangan, aku merasa kau benar-benar sangat jauh. Aku benar-benar ingin kau kembali––kembalilah, kembalilah kapan pun kau mau, kapan pun kau bisa, kapan pun kau ingin, kapan pun kau ingat taman ini, bangku di bawah pohon ini dan aku, aku yang akan selalu berharap kita bisa duduk di bangku ini bersama walaupun itu 3 tahun lagi, 6 tahun kemudian atau entah kapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bye :*

Free Jester Cursors at www.totallyfreecursors.com