BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
belakang
Evolusi
barangkali satu-satunya teori yang telah menyusup ke segenap aspek ilmu
pengetahuan. Begitu besar pengaruhnya, kata evolusi hampir digunakan dalam
semua cabang ilmu. Dan saat ini pembelajaran mengenai evolusi sudah diterapkan
di berbagai institusi pendidikan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa teori
evolusi berkembang dengan begitu pesat. Perkembangan teori ini tidak lepas dari
peran para ahli biologi materialis. Selain materialis, mereka juga evolusionis
dan pengikut paham darwinisme. Mereka selalu berusaha untuk mengembangkan teori
evolusi dengan menggunakan berbagai cara. Bahkan kebanyakan adalah sebuah
kebohongan public. Anehnya, banyak juga para ilmuwan yang menganut ajaran ini.
Mereka justru mendukung begitu saja teori tersebut tanpa mengevaluasi. Padahal,
dalam induktivisme telah dinyatakan bahwa sebuah teori harus diuji secara
berkala untuk membuktikan kebenarannya.
Saat
ini banyak orang yang tertipu atau bahkan tidak tahu tentang evolusi
yang sebenarnya. Atas dasar itulah makalah ini dibuat. Agar tidak ada lagi
kekeliruan dalam mempelajari ilmu pengetahuan terutama evolusi. Dan tujuan
utama pembuatan makalah ini adalah untuk memaparkan fakta-fakta ilmiah yang
membantah teori evolusi dalam seluruh bidang ilmu, dan mengungkapkan pada
masyarakat luas apa yang disebut “ilmu pengetahuan” ini, yang ternyata tidak
lebih dari sebuah penipuan.
1.2 Rumusan
masalah
- Apa hakekat sebenarnya tentang teori evolusi?
- Apa saja manipulasi dalam teori evolusi?
- Apa saja faktor pendukung perkembangan teori evolusi?
- Apa saja fakta yang menentang teori evolusi?
- Apayang menyebabkan keruntuhan teori evolusi?
1.3 Tujuan
Makalah
ini dibuat dengan tujuan untuk memperkenalkan teori evolusi kepada semua orang
terutama para pelajar. Juga menjelaskan bagaimana perkembangan teori evolusi.
Dan yang paling penting adalah membahas tentang keruntuhan teori evolusi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Singkat
Teori Evolusi
Anggapan
bahwa teori evolusi hanya berkaitan dengan bidang studi biologi adalah anggapan
yang keliru. Teori evolusi telah menjadi pondasi bagi sebuah filosofi yang
menyesatkan sebagian besar manusia. Filsafat tersebut adalah “materialisme”
yang mengandung berbagai kepalsuan dan kebohongan. Materialisme mengajarkan
bahwa tidak ada sesuatu pun selain materi adalah esensi dari segala sesuatu.
Atas dasar pemikiran itulah paham materialisme tidak mengakui adanya
Tuhan. Paham ini tidak hanya akan merusak individu tetapi bisa menyebabkan
suatu bangsa kehilangan nilai-nilai dasar yang sudah dianutnya. Kejahatan lain
dari materialisme adalah dukungannya terhadap ideologi-ideologi anarkis dan
bersifat memecah belah. Komunisme adalah salah satu konsekuensi politis alami
dari filsafat materialisme. Teori evolusi menjadi semacam landasan ilmiah bagi
materialisme. Teori ini dapat mengubah manusia menjadi makhluk yang hanya
berorientasi kepada materi dan berpaling dari nilai-nilai moral.
Teori
evolusi menyatakan bahwa makhluk hidup di muka bumi tercipta sebagai akibat
dari peristiwa kebetulan dan muncul dengan sendirinya dari kondisi
alamiah. Teori evolusi sebagaimana yang dipertahankan sampai saat ini
adalah pendapat seorang naturalis amatir dari Inggris, Charles Robert Darwin. Darwin
sebenarnya tidak pernah mengenyam pendidikan formal dalam ilmu Biologi. Ia
hanya mempunyai sedikit ketertarikan pada alam dan makluk hidup. Minat yang
dimilikinya itu mendorong dia untuk bergabung secara sukarela dalam perjalanan
kapal HMS Beagle mengarungi belahan dunia. Dalam perjalanannya, kapal ini
berhenti di sebuah tempat yang bernama kepulauan Galapagos. Darwin sangat
takjub ketika melihat keragaman makhluk hidup yang ada, terutama spesies burung
finch. Dia mengira bahwa keragaman pada burung finch terjadi karena adaptasi
yang dilakukan burung tersebut. Dia berpikir bahwa makhluk hidup tidak
diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi semua makhluk hidup berasal dari
satu nenek moyang yang sama.
Setelah
melihat hal tersebut, Darwin kemudian menyatakan hipotesisnya sebagai sebuah
teori. Ia mengungkapkan hiotesisnya tanpa didasari sebuah penelitian. Padahal
dalam induktivisme telah dinyatakan bahwa hipotesis yang diungkapkan oleh
seseorang harus didasari oleh pengamatan dan penelitian. Jika hipotesis itu
sesuai dan relevan, barulah bisa dijadikan sebuah teori. Pendapat yang khayal
dan imajinatif tidak akan mendapat tempat dalam sains. Sedangkan Darwin, tanpa
penelitian langsung mengemukakan sebuah teori. Dan anehnya, teori tersebut dapat
berkembang pada masa itu. Teori tersebut berkembang dengan dukungan para ahli
Biologi materialis.
2.2. Perkembangan Teori Evolusi
Perkembangan
ilmu ini dapat dikatakan sangat maju pada saat itu. Belum ditemukannya alat
untuk meneliti bagian tubuh makhluk hidup secara mendetail adalah salah satu
faktor yang sangat berpengaruh. Pada saat itu mikroskop belum ditemukandan
struktur sel yang rumit belum diketahui sedikitpun, sehingga pendapat Darwin
diterima begitu saja tanpa diuji dengan penelitian lebih lanjut. Teori ini
kemudian dikenal di seluruh dunia. Darwin pun dianggap sebagai orang hebat di
dunia. Teori ini kokoh bukan karena fakta ilmiah, tetapi karena tokoh evolusi
berusaha selalu menutupi fakta yang ada dan terus menyokongnya. Dalam perkembangannya,
teori evolusi tidak sepenuhnya terbukti. Bahkan ada sebagian dari teori
tersebut yang justru bisa menjatuhkannya. Darwin sendiri mengakui kalau ada
kelemahan dalam teori ini. Dalam bukunya, dia menulis bab yang berjudul “The
Difficulties of Theory”. Darwin sebenarnya tidak yakin terhadap teori yang
dikemukakannya. Hal itu dikarenakan masih banyak bagian dari teori evolusi yang
belum terbukti. Darwin berharap penemuan di kemudian hari akan membuktikan
adanya evolusi. Tetapi kenyataannya tidak seperti yang dia harapkan. Penemuan
modern saat ini justru menjatuhkan teori yang dikemukakan oleh Darwin.
Satu
hal yang menjadi keanehan pada saat ini adalah masih banyak orang yang
beranggapan bahwa teori evolusi sudah terbukti kebenarannya. Bahkan akhir-akhir
ini kata “evolusi” sering digunakan dalam beberapa makna. Di antaranya, kini
ada penambahan aspek sosial, sehingga "evolusi" sekarang juga bisa
berarti kemajuan umat manusia dan perkembangan teknologi. Tak ada yang salah
dengan konsep "evolusi" bila digunakan dalam makna tersebut.
Teori
evolusi sesungguhnya sangat berbeda dari apa yang diterima oleh masyarakat saat
ini. Seperti yang sudah dikemukakan di atas, teori evolusi dilandasi oleh
filsafat yang disebut materialisme. Pada umumnya, orang tidak tahu betapa
buruknya landasan berpijak teori ini; betapa teori ini sudah digagalkan oleh
bukti ilmiah pada setiap langkahnya; dan betapa para evolusionis terus berupaya
menghidupkan teori evolusi. Para tokoh evolusi hanya mengandalkan hipotesa yang
tidak terbukti, pengamatan yang penuh prasangka dan tak sesuai kenyataan,
gambar-gambar khayal, cara-cara yang mampu mempengaruhi kejiwaan, dusta yang
tak terhitung jumlahnya, serta teknik-teknik sulap.Mereka mencoba terus
memaksakan teori evolusi yang berisi kebohongan bahwa manusia tidak diciptakan,
tetapi muncul atas faktor kebetulan dan berevolusi dari jenis binatang serta
dengan segala cara, berupaya mempertahankan teori evolusi agar tetap hidup.
Mereka meninggalkan akal sehat dan nalar, serta mempertahankan kebohongan ini
di setiap kesempatan, meskipun bukti ilmiah dengan jelas telah menggagalkan
teori evolusi dan menegaskan fakta penciptaan.
2.3. Ketidakrasionalan Teori Evolusi
Teori
yang di kemukakan oleh Charles Darwin ini sebenarnya sangat tidak rasional dan
bersifat khayal. Banyak bagian dari teori tersebut yang sengaja dimanipulasi
oleh tokoh evolusi. Hal tersebut dilakukan untuk menutupi kelemahan dan
menghindari pertanyaan yang akan bermunculan. Tokoh evolusi sebenarnya
tidak memiliki dasar yang kuat, sehingga mereka berusaha untuk terus
mengungkapkan pendapatnya meskipun itu tidak rasional. Ketidakrasionalan itu
belum disadari oleh para ilmuwan pada zaman itu karena keterbatasan alat yang
ada untuk penelitian. Sebenarnya jjika diteliti satu persatu, maka akan
ditemukan ketidakrasionalan hampir di setiap pendapat evolusionis. Salah satu
contoh ketidakrasionalan tersebut adalah tentang peralihan hewan dari air ke
daratan. Darwin menyatakan bahwa hewan yang ada di darat adalah hasil dari
peralihan hewan yang ada di laut. Dia mengatakan bahwa reptil yang ada di
perairan telah mengalami differensiasi jaringan dan beralih menjadi makhluk
daratan. Hal ini sangat tidak bisa diterima oleh akal sehat karena kita
mengetahui bahwa struktur morfologi hewan air dan darat sangat berbeda baik
struktur umum maupun yang lebih khusus.
Darwin
beranggapan bahwa hewan-hewan tersebut mengalami mutasi gen dan kromosom
sehingga mereka mampu berpindah dari air ke darat. Padahal tidak ada mutasi
yang menguntungkan. Mutasi hanya akan menyebabkan kerugian pada makhluk hidup
yang mengalaminya. Tidak ada mutasi yang membuat makhluk hidup itu semakin maju
atau berkembang. Setiap mutasi adalah “kecelakaan” dan merusak
nukleotida-nukleotida yang membangun DNA atau mengubah posisinya. Akibat
langsung mutasi sungguh berbahaya. Perubahan akibat mutasi hanya akan berupa
kematian, cacat dan abnormalitas. Hal ini karenaDNA memiliki struktur
teramat kompleks dan pengaruh yang acak hanya akan menyebabkan kerusakan pada
struktur tersebut. Tidak mengherankan, sejauh ini tidak ditemukan satu mutasi
pun yang berguna. Namun, para evolusionis berusaha mengaburkan permasalahan,
bahkan dalam buku-buku pelajaran evolusionis contoh-contoh mutasi yang merusak ini
disebut sebagai “bukti evolusi”. Tidak perlu dikatakan lagi, sebuah proses yang
menyebabkan manusia cacat atau sakit tidak mungkin menjadi “mekanisme evolusi”.
Evolusi
seharusnya menghasilkan bentuk yang lebih baik dan lebih mampu bertahan hidup.
Ada tiga alasan utama mengapa mutasi tidak dapat dijadikan bukti yang mendukung
pernyataan evolusionis.
1. Efek
langsung dari mutasi membahayakan. Mutasi terjadi secara acak, karenanya
mutasi hampir selalu merusak makhluk hidup yang mengalaminya. Logika mengatakan
bahwa intervensi secara tak sengaja pada sebuah struktur senpurna dan kompleks
tidak akan memperbaiki struktur tersebut, tetapi merusaknya. Dan memang, tidak
pernah ditemukan satu pun “mutasi yang bermanfaat”.
2. Mutasi
tidak menambahkan informasi baru pada DNA suatu organisme.
Partikel-partikel penyusuun informasi genetika terenggut dari tempatnya, rusak
atau terbwa ke tempat lain. Mutasi tidak dapat memberi makhluk hidup organ
atau sifat baru. Mutasi hanya mengakibatkan ketidaknormalan seperti kaki yang
muncul di punggung atau telinga yang tumbuh di perut.
3. Agar
dapat diwariskan pada generasi selanjutnya, mutasi harus terjadi pada sel-sel
reproduksi organisme tersebut. Perubahan acak yang terjadi pada sel
biasa atau organ tubuh tidak dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Sebagai contoh, mata manusia yang berubah akibat efek radiasi atau sebab lain,
tidak akan diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya.
Singkatnya,
makhluk hidup tidak mungkin berevolusi karena di alam tidak ada mekanisme yang
menyebabkannya. Kenyataan ini sesuai dengan bukti catatan fosil yang
menunjukkan bahwa proses evolusi sangat menyimpang dari kenyataan.
Ketidakrasionalan tersebut berasal dari banyak sisi ilmu pengetahuan. Berikut
adalah beberapa contoh pernyataan tidak rasional dalam teori evolusi:
1. Dongeng
tentang transisi dari air ke darat.
Mungkin kita
pernah mendengar cerita tentang transisi dari air ke darat. Itu tidak lain
hanyalah dongeng yang di buat-buat oleh para evolusionis terutama Darwin
sendiri. Evolusionis mengasumsikan invertebrata laut yang muncul pada periode
Kambirum berevolusi menjadi ikan dalam waktu puluhan juta tahun. Perlu menjadi
catatan bahwa invertebrata dan ikan memiliki perbedaan struktur yang sangat
jauh. Invertebrata memiliki jaringan keras di luar tubuh mereka, sedangkan ikan
adalah vertebrata dengan jaringan keras di dalam tubuhnya. Evolusi sebesar itu
tentu melalui miliaran tahap dan seharusnya ada miliaran bentuk transisi yang
menunjukkan tahapan-tahapan tersebut. Belum selesaidengan kasus ini, para
evolusionis menyatakan bahwa ikan yang berevolusi dari invertebrata kemudian
berubah menjadi amfibi.
Para
evolusionis meyakini bahwa makhluk semacam ini benar adanya. Mereka mengajukan
sebuah makhluk yang mereka beri nama‘Coelacanth’. Mahkluk ini adalah
bentuk transisi dengan paru-paru primitif, otak yang telah berkembang, system
pencernaan dan peredaran darah yang siap untuk berfungsi di darat, dan bahkan
mekanisme berjalan yang primitif. Sebenarnya mahkluk ini benar adanya, tetapi
bukan merupakan hasil dari mekanisme evolusi. Makhluk ini sepenuhnya adalah
ikan. Banyak fosil dari hewan ini ditemukan di berbagai penjuru dunia. Hal ini
membuat para evolusionis sangat terpukul. Ini menunjukkan seberapa besar para evolusionis
berspekulasi.
Kita
harus berpikir jernih mengapa transisi dari air ke darat itu sangat tidak
rasional. Beberapa fakta yang mendukung pernyataan tersbut antara lain:
- Keharusan membawa beban tubuh.
Makhluk
di dalam air sangat mudah untuk membawa tubuhnya kesana kemari. Itu dikarenakan
di dalam air kita dapat melayang seperti di udara. Sedangkan di darat kita
menghabiskan hampir 40% energy kita untuk berpindah dari satu tempat ke tempat
yang lain. Mahkluk yang berasal dari air harus mengembangkan system otot dan
kerangka baru untuk melakukannya. Suatu hal yang tidak mungkin terjadi.
- Daya tahan terhadap panas.
Suhu
di darat dan di lautan sangat jauh berbeda. Suhu di lautan mengalami perubahan
yang secara perlahan dan tidak terjadi dalam rentang yang lama. Sedangkan suhu
di daratan berubah sangat cepat dan mengalami fluktuasi yang begitu hebat. Di
siang hari terkadang sangat panas, dan di malam hari terkadang sangat dingin.
Makhluk yang berasal dari lautan tidak akan mampu bertahan hidup pada kondisi
semacam ini.
- Penggunaan air.
Air
sangat dibutuhkan makhluk hidup untuk metabolisme. Dan di darat, air
harus digunakan sehemat mungkin karena keterbatasan sumber air. Makhluk
daratan memiliki rasa haus, karakteristik yang tidak dimiliki oleh makluk air.
Di samping itu, kulit tubuh hewan air tidak sesuai untuk habitat darat
2. Asal usul burung dan
mamalia.
- Asal usul burung.
Para
evolusionis tidak henti-hentinya membuat pernyataan palsu. Mereka menyatakan
bahwa burung berevolusi dari reptil. Salah satu bentuk transisi hipotesis yang
mereka ajukan adalah archaeopteryx.Archaeopteryxdikatakan sebagai
hasil evolusi dari reptil. Akan tetapi timbul masalah bagaimana membuat reptil
yang di darat bisa terbang sebagaimana burung yang ada saat ini. Struktur
reptil sangat jauh berbeda dengan struktur burung yang khas. Misalnya
saja sayap, sebagai ciri khas burung, merupakan masalah besar bagi
para evolusionis. Beragam pertanyaan yang muncul mengenai sayaparchaeopteryx belum
mampu terjawab oleh para evolusionis. Sangatlah tidak mungkin jika lengan yang
terdapat pada reptile dapat berubah menjadi sayap melalui mekanisme mutasi.
Jika
hal itu terjadi, masih saja tidak cukup untuk membuat reptil yang ada di darat
bisa terbang. Kita ketahui bahwa burung tidak hanya membutukan sayap untuk bisa
terbang. Burung memiliki struktur khas pada tulang, paru-paru dan system
peredaran darah. Tulang burung sangatlah ringan sehingga
memudahkannya saat terbang. Burung juga memiliki paru-paru yang sangat
berbeda dibanding makhluk lain. Selain itu, terdapat system peredaran darah
yang sama pentingnya seperti sayap. Semua mekanisme itu mustahil dimiliki
oleh reptil. Karena itulah teori yang menyatakan bahwa organisme darat
berevolusi menjadi organisme terbang benar-benar menyesatkan. Kalaupun kisah
ini kita anggap benar, mengapa para evolusionis tidak menemukan fosil “bersayap
setengah” atau “bersayap tunggal” untuk mendukung kisah mereka?
- Asal usul mamalia
Seperti
yang sudah dijelaskan di atas, evolusionis menyatakan bahwa reptil adalah nenek
moyang dari burung. Belum selesai masalah tersbut, ternyata para evolusionis
kembali mengenmukakan “ide gila” nya. Kali ini mereka menyatakan bahwa reptile
tidak hanya menjadi nenek moyang dari burung, tetapi juga merupakan nenek
moyang dari mamalia. Dari hal tersebut, kita dapat melihat tidak adanya
peningkatan cara berpikir dari para evolusionis. Entah apa yang mereka pikirkan
sehingga masih saja mengemukakan ide-ide yang tidak dapat diterima oleh akal
sehat. Sebuah contoh perbedaan structural antara reptile dan mamalia adalah
struktur rahang mereka. Rahang mamalia hanya terdiri dari satu tulang rahang
dan gigi-gigi ditempatkan pada tulang ini. Sedangkan rahang reptil memiliki
tiga tulang kecil pada kedua sisinya. Satu lagi perbedaan mendasar, mamalia
memiliki tiga tulang pada telinga bagian tengah, sedangkan reptil hanya
memiliki satu tulang pada bagian telinga.
3. Skenario evolusi
manusia
Darwinis
menyatakan bahwa manusia modern saat ini berasal dari makhluk serupa kera.
Menurut para evolusionis, terdapat empat kategori dasar pada bentuk transisi
antara manusia modern dan nenek moyangnya. Empat kategori dasar tersebut
adalah:
·
Australophitechus
·
Homo habilis
·
Homo erectus
·
Homo sapiens
Evolusionis
menyebut Australopithecus adalah nenek moyang pertama dari manusia dan kera.
Kemudian mereka menggolongkan tahapan evolusi manusia selanjutnya sebagai
“homo”. Menurut mereka kelompok homo ini lebih berkembang dari
australophitechus dan tidak terlalu berbeda dengan manusia modern. Dan homo
sapiens dikatakan sebagai bentuk terakhir dari tahapan evolusi manusia.
2.4. Bantahan-bantahan terhadap
teori evolusi
Pada
masa modern saat ini teori evolusi tidak berkembang begitu pesat seperti masa
Darwin. Teori evolusi mengalami kemunduran, dan bahkan kebuntuan. Pada saat ini
banyak ilmuwan yang sudah menentang teori tersebut. Hal itu dikarenakan para
ilmuwan saat ini sudah memiliki pemikiran yang kritis. Mereka melakukan
berbagai penelitian untuk mengoreksi teori dan hukum yang sudah ditemukan oleh
ilmuwan pada zaman dulu. Teori evolusi pun tidak luput dari pengoreksian para
ilmuwan saat ini. Bahkan bisa dikatakan kalau teori evolusi adalah teori yang
paling sering dikoreksi oleh para ilmuwan. Dari pengoreksian tersebut, para
ilmuwan telah menyatakan pendapat atau lebih tepatnya bantahan mereka terhadap
teori evolusi. Bukan hanya satu atau dua bagian dari teori evolusi, tetapi
hampir semua bagian dari teori tersebut telah dibantah. Bantahan-bantahan
tersebut antara lain dari:
1. Catatan fosil.
Kendala
utama dalam membuktikan teori evolusi selama ini adalah catatan fosil. Catatan
fosil belum pernah mengungkapkan jejak-jejak jenis peralihan hipotesis Darwin.
Ketika lapisan bumi dan catatan fosil dipelajari, terlihat bahwa semua makhluk
hidup muncul bersamaan. Lapisan bumi tertua tempat fosil makhluk hidup
ditemukan adalah Kambrium, yang diperkirakan berusia 500-550 juta tahun.
Catatan
fosil memperlihatkan, makhluk hidup yang ditemukan pada lapisan bumi periode
Kambrium muncul dengan tiba-tiba. Beragam makhluk hidup yang kompleks muncul
begitu tiba-tiba, sehingga literatur geologi menyebut kejadian ini sebagai
“Ledakan Kambrium”. “Ledakan Kambrium” adalah satu-satunya penjelasan mengenai
kemunculan bentuk kehidupan yang sempurna secara tiba-tiba di bumi ini. Catatan
fosil juga membantah adanya transisi dari air ke darat. Seperti yang sudah
dijelaskan di atas, transisi dari air ke darat adalah sebuah dongeng khayal
yang dibuat-buat oleh para evolusionis. Tidak ada satu fosil pun yang
menunjukkan bahwa pernah terdapat makhluk separuh ikan-separuh amfibi.
Evolusionis telah menggali lapisan fosil selama kurang lebih 140 tahun untuk
mencari bentuk hipotesis yang mereka usulkan. Mereka telah menemukan jutaan
fosil invertebrata dan jutaan fosil ikan, tetapi tidak pernah menemukan satu
bentuk peralihan pun antara invertebrata dan ikan.
Selain
itu, catatan fosil juga membantah asal usul burung dan mamalia. Evolusionis
mengatakan bahwa burung dan mamalia berasal dari reptil. Seperti yang sudah
dipaparkan di atas, evolusionis mengatakan bahwa terdapat seekor burung yang
dinamakan archaeopteryx. Menurut para evolusionis, archaeopteryx adalah hasil
evolusi dari reptil. Namun beberapa fosil baru yang baru ditemukan
menggugurkan rekayasa tersebut. Pada tahun 1995 ditemukan fosil burung baru
yang dinamai confuciusornis.Usia fosil burung ini sama dengan archeopteyx,
tetapi tidak bergigi. Burung ini tampak sangat mirip dengan burung modern.
Kenyataan ini menggugurkan semua anggapan evolusionis yang menyatakan
bahwa archeopteryx adalah nenek moyang dari semua burung.
2. Protein menggugat
teori kebetulan
Jika
kita berbicara tentang sel, maka kita tidak bisa meniggalkan satu bahasan utama
yaitu protein. Protein adalah molekul raksasa yang terdiri dari satuan kecil
yang disebut asam amino yang tersusun dalam urutan tertentu, dengan jumlah dan
struktur tertentu. Molekul ini merupakan bahan pembangun sel hidup. Protein
yang paling sederhana terdiri dari lima puluh asam amino, tetapi ada beberapa
protein yang terdiri dari ribuan asam amino. Teori evolusi yang menyatakan
bahwa semua terjadi secara kebetulan tidak bisa menjelaskan tentang keteraturan
struktur protein. Protein terlalu rumit untuk dijelaskan dengan teori
kebetulan. Pembentukan protein secara kebetulan sangatlah tidak mungkin. Hal
ini telah dibuktikan dengan perhitungan statistik. Dan hasilnya perhitungan ini
menghasilkan “probabilitas nol” atau mustahil.
2.5. Runtuhnya Teori Evolusi
Teori
evolusi yang telah bertahan selama 150 tahun akhirnya runtuh. Perkembangan ilmu
pengetahuan, terutama dalam bidang biologi adalah salah satu penyebabnya.
Biologi saat ini telah berkembang begitu pesat. Bahkan dalam perkembangannya
biologi berhasil mengungkap berbagai permasalahan mengenai makhluk hidup.
Permasalahan yang pada masa Darwin belum bisa dijawab kini telah terjawab. Tapi
seperti yang sudah dijelaskan di atas, berkembangnya ilmu biologi justru
menjadikan teori evolusi semakin terpojok dan akhirnya runtuh. Teori evolusi
tidak tiba-tiba runtuh. Tetapi keruntuhan teori ini disebabkan adanya berbagai
pertanyaan yang tidak mampu terjawab oleh tokoh evolusi hingga saat ini.
Beberapa pertanyaan tersebut antara lain:
1. Mengapa
pernyataan “genom manusia 99% sama dengan genom kera” tidak
benar?
Banyak
sumber yang menyatakan bahwa manusia dan kera memiliki kesamaan sebesar 99%
dalam informasi genetik keduanya. Pernyataan ini adalah pernyataan yang
menyesatkan. Sebuah studi di tahun 2002 Sebuah studi di tahun 2002
mengungkapkan bahwa propaganda evolusionis dalam perihal ini adalah sepenuhnya
tidak benar. Pernyataan evolusionis ini terutama terpusat pada
simpanse, dan menyatakan bahwa jenis kera inilah yang terdekat dengan manusia,
dan oleh karena itu terdapat hubungan kekerabatan di antara keduanya.
Manusia
dan simpanse tidaklah "99% sama" seperti kata dongeng evolusionis.
Kesamaan genetis ternyata tak sampai 95%.Ahli biologi dari California Institute
of Technology yang bernama Roy Britten berkata dalam sebuah studi bahwa cara
baru pembandingan gen memperlihatkan bahwa kesamaan genetis antara manusia dan
simpanse hanyalah 95%. Britten mengambil kesimpulan ini berdasarkan sebuah
program komputer yang membandingkan 780.000 dari 3 miliar pasang basa dari
heliks DNA manusia dengan yang ada pada simpanse. Ia menemukan lebih banyak
ketidakcocokan daripada yang ditemukan para peneliti sebelumnya, dan
menyimpulkan bahwa sedikitnya 3,9 persen basa DNA adalah berbeda.
2. Mengapa pernyataan
bahwa dinosaurus berevolusi menjadi burung adalah mitos tidak ilmiah?
Teori
evolusi bersandar pada komentar-komentar berprasangka dan pemutarbalikkan
kebenaran untuk menjelaskan kemunculan makhluk hidup dan seluruh
keberagamannya. Teori evolusi menyatakan bahwa nenek moyang dari burung
adalah dinosaurus. Pernyataan ini memunculkan dua pertanyaan yang harus
dijawab. Pertama, "bagaimana dinosaurus mulai menumbuhkembangkan
sayap?".Kedua, "mengapa tidak ada jejak perkembangan semacam itu
dalam catatan fosil?". Ada dua teori yang diajukan oleh tokoh evolusi
dalam masalah ini. Teori yang pertama disebut teori kursorial.
Menurut
teori ini, dinosaurus berubah menjadi burung dengan cara melompat dari tanah ke
udara untuk menangkap serangga terbang. Sedangkan teori yang kedua disebut
teori arboreal. Menurut teori arboreal dinosaurus yang hidup di dahan pepohonan
berubah menjadi burung karena berusaha melompat dari dahan ke dahan. Tetapi
kedua teori tersebut tetap saja tidak bisa digunakan sebagai jawaban atas
pertanyaan diatas. Untuk menutupi hal itu para tokoh evolusi mengajukan sebuah
makhluk yang disebut archaeopteryx. Seperti yang sudah
dijelaskan di atas, archaeopteryx dianggap sebagai bentuk peralihan antara
burung dan dinosaurus. Tetapi, kajian terakhir atas fosil archaeopteryx menunjukkan
bahwa penjelasan ini tidak memiliki dasar ilmiah.Archaeopteryx bukan
bentuk peralihan, melainkan spesies burung yang sudah punah, yang tidak jauh
berbeda dengan burung modern. Studi lanjutan mengenai fosil archaeopteryxtelah
menjatuhkan landasan teori evolusi yang mengatakan bahwa dinosaurus berevolusi
menjadi burung. Kajian terbaru mengenai burung unta juga ikut menggugurkan
dongeng burung-dino.
3. Bagaimana struktur
tubuh hewan purba meruntuhkan teori evolusi?
Dalam
catatan fosil, makhluk hidup membentuk untaian atau rantai. Bila kita
perhatikan rantai ini dari makhluk paling purba sampai yang paling muda,
tampaklah bahwa makhluk hidup muncul dalam bentuk mikroorganisme, hewan laut
tak bertulang belakang (invertebrata), ikan, amfibi, reptil, unggas, dan
mamalia. Pendukung teori evolusi membahas rantai ini dengan penuh praduga,
sambil berupaya menyajikannya sebagai bukti teori evolusi. Mereka menyatakan
bahwa makhluk hidup berkembang dari bentuk sederhana menuju bentuk yang lebih
kompleks, dan selama proses ini berlangsung, beraneka ragam makhluk hidup pun
tercipta. Perkembanganmakhluk hidup dari bentuk primitif ke bentuk kompleks
adalah praduga evolusionis yang tak benar sedikit pun. Profesor biologi
asal Amerika, Frank L. Marsh, yang mengkaji pernyataan kaum evolusionis, dalam
bukunya “Variation and Fixity in Nature” menyatakan makhluk hidup tak
dapat disusun dalam sebuah urutan yang senantiasa bersambung tanpa putus dari
bentuk sederhana ke bentuk rumit.
Banyak
fosil dari hewan purba yang bisa dijadikan fakta untuk meruntuhkan teori
evolusi. Salah satu contoh hewan purba yang sangat berpengaruh dalam keruntuhan
teori evolusi adalah trilobita. Trilobita yang termasuk filum Arthropoda,
adalah makhluk sangat rumit dengan cangkang keras, memiliki tubuh yang
bersendi, dan organ-organ kompleks. Hewan ini memiliki mata yang sangat
rumit. Mata trilobita terdiri atas beratus-ratus faset kecil, yang
masing-masing terdiri atas dua lapisan lensa. Begitu juga dengan lalat
yang memiliki mata juga rumit. Dan butuh insinyur yang handal dan kreatif pada
saat ini untuk bisa mengembangkan mata seperti itu. Sehingga kedua hewan ini
sudah bisa digunakan sebagai dasar untuk meruntuhkan teori evolusi. Maka dapat
diambil kesimpulan bahwa makhluk hidup tidak berkembang dari bentuk
sederhana ke bentuk yang kompleks. Pada saat pertama kali muncul, makhluk hidup
sudah teramat kompleks.
4. Mengapa peristiwa
metamorfosis bukanlah bukti kebenaran teori evolusi?
Metamorfosis
adalah proses perkembangan yang dilakukan oleh beberapa makhkuk hidup.
Metamorfosis biasanya terjadi pada serangga. Mereka yang tak begitu
memahami biologi, serta mereka yang mendukung teori evolusi, kadang-kadang
mencoba menggambarkan proses itu sebagai bukti evolusi. Sumber-sumber yang
menyatakan metamorfosis sebagai "contoh evolusi" adalah omong kosong.
Hal ini merupakan hasil propaganda dangkal dan sempit, yang bertujuan
menyesatkan mereka yang kurang paham tentang perihal ini, pendukung evolusi
yang masih baru, serta guru-guru biologi Darwinis yang tidak benar-benar tahu
masalahnya.Metamorfosis merupakan proses yang sudah direncanakan, dan tidak ada
kaitannya dengan mutasi ataupun faktor kebetulan. Metamorfosis tidaklah
disebabkan oleh kebetulan. Penyebab proses ini adalah data genetis yang sudah
menjadi bagian terpadu makhluk tersebut sejak lahir.Penelitian ilmiah terakhir
tentang metamorfosis telah menunjukkan bahwa peristiwa metamorfosis adalah
proses rumit yang dikendalikan oleh beberapa gen yang berlainan.Yang terjadi
dalam peristiwa metamorfosis adalah irreducible complexity (kerumitan
tak tersederhanakan).
Proses
metamorfosis terjadi melalui keseimbangan dan pewaktuan hormon yang sangat
teliti, yang dipengaruhi oleh beragam gen. Kesalahan terkecil sekali pun akan
mengakibatkan kematian makhluk hidup tersebut. Oleh sebab itu, tidak mungkin
proses serumit ini dapat terjadi secara kebetulan dan bertahap. Karena
kesalahan sekecil apa pun akan mengakibatkan kematian hewan tersebut. Sehingga
mustahil menjelaskan peristiwa ini dengan mekanisme "trial and error"
(coba-coba) atau seleksi alam, seperti pendapat evolusionis. Tidak ada satu pun
makhluk yang dapat bertahan berjuta-juta tahun, untuk menunggu bagian tubuh
yang diperlukannya muncul secara kebetulan.
5. Mengapa DNA tidak
mungkin dijelaskan sebagai sebuah “kebetulan”?
Seperti
yang sudah kita ketahui, DNA adalah sebuah materi yang membawa kode genetik.
DNA berisi informasi genetik yang berperan dalam pewarisan sifat. DNA dari
satu sel manusia saja sudah berisi informasi yang cukup untuk mengisi
ensiklopedi yang terdiri dari sejuta halaman. Kita tidak mungkin habis
membacanya dalam seumur hidup. Jika seseorang mulai membaca satu kode DNA per
detik, tanpa henti, sepanjang hari, setiap hari, akan diperlukan waktu 100
tahun. Sebab, ensiklopedia tersebut berisi hampir tiga miliar kode yang
berbeda-beda. Jika kita tulis semua informasi DNA pada kertas, maka panjangnya
akan membentang dari Garis Katulistiwa mencapai Kutub Utara. Ini berarti
sekitar 1000 jilid buku, cukup untuk mengisi sebuah perpustakaan yang
besar. Lebih dari itu, semua informasi ini terkandung dalam inti setiap
sel. Artinya, bila setiap individu terdiri dari sekitar 100 triliun buah sel,
maka akan terdapat 100 triliun versi dari perpustakaan yang sama.
Sisi
menarik lainnya adalah semua makhluk hidup di planet ini telah diciptakan
menurut paparan kode yang ditulis dalam bahasa yang sama ini. Tidak ada
bakteri, tumbuhan ataupun hewan yang tercipta tanpa DNA. Terlihat jelas bahwa
seluruh kehidupan muncul sebagai hasil berbagai pemaparan yang menggunakan satu
bahasa, dan berasal dari sumber pengetahuan yang sama.Hal ini membawa kita
kepada satu kesimpulan yang jelas. Semua kehidupan di bumi, hidup dan
berkembang biak menurut informasi yang diciptakan oleh satu kecerdasan tunggal.
Hal ini menjadikan teori evolusi sama sekali tak berarti. Sebabnya, dasar teori
evolusi adalah "kebetulan", sedangkan peristiwa kebetulan tidak mampu
menciptakan informasi.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Teori eolusi adalah sebuah paham materialisme yang berkembang pada masa Darwin dan saat ini masih digunakan.
- Perkembangan teori evolusi pada masa Darwin sangat pesat, tetapi saat ini telah banyak
- ilmuwan yang membantah teori tersebut.
- Terdapat banyak pernyataan yang tidak rasional dalam teori evolusi.
- Teori evolusi telah dibantah ole banyak ilmuwan saat ini.
- Runtuhnya teori evolusi disebabkan banyaknya pertanyan yang tidak mampu dijawab oleh para evolusionis.
3.2 Saran
Ilmu
adalah sesuatu yang sangat berharga. Setiap manusia berusaha untuk mencari
ilmu. Terdapat bermacam teori yang bsa dijadikan sebagai ilmu. Salah satunya
adalah teori evolusi. Tetapi teori evolusi ternyata menyimpan banyak
ketidakrasionalan di dalamnya. Teori ini sebenarnya tidak di dasari oleh
penelitian. Pendapat para ahli evolusi hanyalah manioulasi ilmiah. Terdapat
banyak ketidakrasionalan dalam teori evolusi. Kita sebagai seseorang yang
mencari ilmu tidak bisa boleh begitu saja menerima hal tersebut. Kita harus
meneliti sebuah teori sebelum mengaplikasikannya dalam kehidupan.
Daftar Pustaka
Bhoke,
Adhyee. 2012. Keruntuhan Teori Evolusi Charles Darwin ( Bagian II ),
(online),(http://adhyee.blogspot.com/2012/03/keruntuhan-teori-evolusi-charles-darwin_02.html),
diakses 23 Maret 2013.
Gafur,
Abdul. 2012. Perkembangan Evolusi, Teori Evolusi, dan Teori Darwin, (online),(http://istanasederhana.blogspot.com/2012/07/perkembangan-evolusi-teori-evolusi-dan.html),
diakses 23 Maret 2013.
Yahya, Harun. 2004. Keruntuhan
Teori Evolusi. Turkey.
Yahya, Harun. 2004. Runtuhnya
Teori Evolusi dalam 20 Pertanyaan. Turkey.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar