BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dimana telah kita ketahui bahwa zaman
modern ini mahluk hidup khususnya manusia telah mempelajari berbagai macam ilmu
pengetahuan alam. Akan tetapi pada tahap pembelajarannya manusia selalu
mendapatkan maslah dan perbedaan pendapat mengenai sesuatu yang
ditelitinya. dalam hal ini adalah meneliti asal
usul kehidupan yang menjadi permasalahan dari sejak berabad-abad tahun
yang lalu sampai sekarang. karena pada umumnya biologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang alam dan mahluk hidup yang ada disekitarnya.
Kemudian
jika berbicara tentang asal usul kehidupan tentu tidak akan lepas dari dinamika
pro dan kontra teori-teori evolusi. Oleh karena
itu, melalui makalah ini saya ingin menjelaskan
dan menyampaikan beberapa pendapat para ahli mengenai asal usul kehidupan dan teori-teori evolusi itu sendiri.
I.2.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan membahas dan
menjelaskan beberapa hal yang menjadi rumusan masalah yaitu :
- Apakah itu evolusi ?
- Apa saja teori – teori
evolusi ?
- Apa saja yang menjadi bukti
terjadinya evolusi ?
- Bagaimana mekanisme terjadinya
evolusi ?
- Apakah itu Spesiasi ?
- Bagaimana mekanisme isolasi ?
- Bagaimana sejarah evolusi manusia
sebenarnya ? apakah manusia memiliki hubungan kekerabatan dengan kera ?
- Apakah
kehidupan itu ?
- Dari
manakah asal kehidupan ?
- Dimanakah
unsur kehidupan itu pertama kali timbul ?
I.3.
Tujuan dan manfaat
Dengan penyusunan dan pembuatan makalah
ini penulis berharap agar bermanfaat bagi pembaca maupun bagi penulis serta
dapat mengaplikasikan pengetahuanya di lingkungan hidup. Tujuann dan manfaat
tersebut diantaranya dalah sebagai berikut :
1.
Dapat
mengetahui pengertian dari evolusi;
2.
Dapat
mengetahui dan memahami berbagai macam teori evolusi;
- Dapat mengetahui dan menjelaskan
bukti-bukti evolusi;
- Dapat mengetahui bagaimana mekanisme
evolusi;
- Dapat mengetahui apa itu spesiasi;
- Dapat mengetahui bagaimana mekanisme
spesiasi;
- Mengetahui beberapa
pendapat para ahli mengenai asal usul kehidupan dengan teori-teori yang
sudah ada;
I.4. Metode makalah
Dalam
penulisan makalah ini saya menggunakan metode pustaka yang bersumber dari
beberapa buku biologi sebagai referensi.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1
PENGERTIAN EVOLUSI
Evolusi adalah suatu perubahan pada
makhluk hidup yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang lama
sehingga terbentuk spesies baru. Sedangkan, berdasarkan ilmu biologi, evolusi
merupakan cabang biologi yang mempelajari sejarah asal-usul makhluk hidup dan
keterkaitan genetik antara makhluk hidup satu dengan yang lain. Evolusi biologi
mencakup dua peristiwa, yaitu:
1. evolusi anorganik merupakan
evolusi mengenai asal-usul makhluk hidup yang ada di muka bumi, berdasarkan
fakta dan penalaran teoritis;
2. evolusi organik (evolusi
biologis) merupakan evolusi filogenetis, yaitu mengenai asal-usul spesies dan
hubungan kekerabatannya.
II.2 TEORI EVOLUSI
Banyak penjelasan mengenai teori
evolusi yang dikemukakan oleh para ahli biologi, baik pada masa sebelum teori
evolusi darwin maupun pada masa sesudah teori evolusi Darwin. Teori-teori
tersebut sebagai berikut.
A. Teori
Evolusi Sebelum Darwin
Teori evolusi yang dikemukakan oleh
para ahli sebelum munculnya teori evolusi Darwin adalah sebagai berikut.
1. Anaximander
(500 SM)
Filsuf yunani ini sering disebut
sebagai evolusionis pertama. Anaximander memercayai bahwa manusia berevolusi
dari makhluk akuatik mirip ikan yang pindah ke darat.
2. Empedocles
(495-435 SM)
Empedocles adalah seorang filsuf yunani
yang menyatakan bahwa kehidupan muncul dari limpur dan tumbuhan kemudian
berubah menjadi hewan. Menurut Ia, makhluk-makhluk pertama memiliki bentuk
seperti monster. Bentuk-bentuk ini berubah dan makhluk-makhluk yang memiliki
bentuk paling baik bertahan hidup. Pemikiran empedocles ini adalah bentuk dari
seleksi alam yang merupakan mekanisme penting dalam evolusi.
3. Georges
louis leclarc de Buffon (1707-1788)
Adalah naturalis pertama di era modern
yang mengembangkan konsep mengenai bentuk-bentuk kehidupan berevolusi.
4. Erasmus
Darwin (1731-1802)
Ia menulis prosa berjudul Zoonomia yang
menentang teori evolusi versi Lamarck. Namun, tulisannya ini dianggap kurang
ilmiah. Erasmus Darwin adalah kakek dari Charles Darwin.
5. Sir
Charles Lyell (1797-1875)
Lyell adalh seorang ahli geologi
skotlandia yang berpendapat bahwa permukaan bumi terbentuk melalui proses
bertahap dalam jangka waktu yang lama. Pendapatnya ini bertentangan dengan
pendapat kebanyakan pada waktu itu yang menganggap bumi masih berusia muda.
Lyell menerbitkan teorinya dalam buku Principles Of Geology. Hasil
karyanya ini memengaruhi pemikiran Charles Darwin dan Lyell menjadi salah satu
pendukung Darwin di kemudian hari.
B. Pencetus
Teori Evolusi
- Jean
Baptise de Lamarck (1744-1829)
ialah seorang ahli biologi prancis yang
menjelaskan evolusi berdasarkan suatu gagasan bahwa perubahan pada suatu
individu disebabkan oleh lingkungan dan bersifat diturunkan; disebut teori
Lamarckisme.
Contoh klasik yang digunakan untuk
menggambarkan teori evolusi ini adalah jerapah memiliki leher yang panjang
karena kebiasaannya memakan daun-daun dari pohon.
Hipotesis Lamarckdiformulasikan sebelum
era biologi modern. Pada saat itu teori sel belum dikenal, dan diperlukan satu
abad lagi sebelum peran gen-gen dan kromosom diketahui. Jadi tidaklah
mengherankan bahwa suatu teori yang tidak dapat dipertahankan dalam ilmu
pengetahuan modern, diajukan pada waktu itu.
- Charles
Robert Darwin (1809-1882)
Adalah seorang peminat ilmu alam dari
inggris. Pada tahun 1831, ia mengikuti pelayaran HMS beagle untuk memetakan jalur
pelayaran. Selama pelayaran ini, daarwin banyak mengumpulkan fosil,batuan, dan
mengamati berbagai makhluk hidup yang ia jumpai. Ketika Beagle merapat di
kepulauan galapagos yang terpencil (1050 km dari daratan utama Amerika
Selatan).
Setelah kembali ke inggris, Darwin
kembali memikirkan ide-idenya tentang evolusi. Satu hal yang mengganggunya
adalah evolusi seharusnya terjadi dalam waktu yang lama, ratusan ribu hingga
jutaan tahun. Padahal pendapat yang populer di kalangan ahli geologi saat itu
adalah bumi ini baru berusiia 6000 tahun. Darwin menemukan jawabannya dalam
buku karangan Charles Lyell, Principles of Geology.
Sebelum Darwin mempublikasikan idenya
tentang evolusi secara luas, ia menerima karangan ilmiah dari Alfred Robert
Wallace (1823-1913) yang melakukan penelitian di malaya. Tulisan Wallace
tersebut sesuai bengan buah pikiran Darwin sehingga mereka memutuskan untuk
menerbitkan tulisan mereka bersama-sama pada tahun 1858. Buku Darwin, The
Original of Species, diterbitkan setahun setelah itu.
Setelah melalui pengamatan dan kajian
yang mendalam, akhirnya darwin mengemukakan teori evolusinya dalam bukunya yang
berjudul On The Origin of Species by Means of Natural Selection atau
asal mula spesies yang terjadi melalui seleksi alam. Buku ini diterbitkan pada
tanggal 24 November 1859.
Buku darwin tersebut mengandung dua
teori utama. Pertama, spesies-spesies yang hidup sekarang ini berasal dari
spesies-spesies yang hidup di masa lalu. Kedua, seleksi alam merupakan penyebab
evolusi adaptif. Dua teori utama darwin tersebut merupakan hasil observasi
darwin sebagai berikut.
- Observasi Ke-1. setiap
spesies memunyai kemampuan fertilisasi yang besar sehingga ukuran populasi akan
meningkat secara eksponensial bila setip individu yang dilahirkan berhasil
melakukan reproduksi
- Observasi Ke-2. ukuran
populasi cenderung menjadi stabil kecuali untuk fluktuasi musiman
- Observasi Ke-3. sumber
daya alam terbatas
- Observasi Ke-4. individu-individu
suatu populasi sangat berfariasi dalam hal ciri-ciri tubuh, namun tidak ada dua
individu yang benar-benar sama.
- Observasi Ke-5. kebanyakan
variasi diwariskan pada keturunannya.
II.3. TEORI
EVOLUSI LAMARCK VERSUS TEORI EVOLUSI WEISMANN.
Lamarck berpendapat bahwa makhluk hidup
beradaptasi terhadap lingkungannya dengan cara menggunakan organ tubunya,
kemudian sifat atau fungsi organ tersebut diwariskan pada keturunannya.
Berdasarkan teori ini, menurut lamarck nenek moyang menjangan tidak bertanduk.
Namun, dikarenakan sering mengadu kepala maka tanduk tumbuh dikepala menjangan.
Teori lamarck ditentang oleh Weismann.
Weismann berpendapat bahwa perubahan sel-sel tubuh akibat pengaruh lingkungan
tidak diwariskan pada keturunannya. Wweismann membuktikan teorinya dengan
menggunakan tikus. Weismann mengawinkan dua ekor tikus yang masing-masing
ekornya telah dipotong. Kemudian, anak-anak tikus yang sudah dewasa tersebut
dipotong ekornya dan dikawinkan dengan sesamanya. Hasilnya tetap anak-anak
tikus yang berekor. Weismann melakukan percobaan ini hingga 21 generasi tikus
dan hasilnya tetap sama
II.4. BUKTI-BUKTI
TERJADINYA EVOLUSI
Evolusi dapat
dilihat dari dua segi, yaitu sebagai proses historis dan cara bagaimana proses
itu terjadi. Sebagai proses historis, evolusi telah dipastikan secara
menyeluruh dan lengkap, sebagaimana yang telah dipastikan oleh ilmu tentang
suatu kenyataan mengenai masa lalu yang tidak dapat disaksikan oleh mata. Untuk
menunjukkan bukti-bukti bahwa proses evolusi itu ada, kita dapat melakukan
pendekatan terhadap kenyataan yang ada. Kenyataan-kenyataan yang ada terus
diinterprestasikan oleh para ahli dan dijadikan bahan bukti evolusi.
Para
ahli menggunakan bukti-bukti sebagai petunjuk evolusi dengan tujuan akhir ingin
mencari jawaban tentang fenomena alam, sebagaimana yang terdapat dalam buku “On
The Origin Species” karya Charles Darwin. Sebenarnya rambu-rambu untuk mencari
bukti telah ada dalam buku Darwin, sedangkan petunjuk adalah rambu-rambu untuk
memperoleh bukti, dengan alasan bahwa pendekatan monodisipliner tidak dapat
dijangkau atau dilihat dan fosil bukti tidak dapat dipakai bukti dan kurang
kuat. Hal ini karena fosil merupakan benda mati yang sudah tidak utuh dan
lengkap, sehingga interpretasi para ahli sangat dituntut ketajamannya. Apalagi
perilaku organisme yang telah memfosil sulit sekali diinterpretasi.
Untuk
menunjukkan bukti-bukti bahwa proses evolusi itu ada, kita dapat melakukan
pendekatan terhadap kenyataan/fakta yang ada di sekitar kita. Walaupun dapat
tidaknya kenyataan-kenyataan tersebut dijadikan bahan bukti adanya evolusi
tergantung dari interpretasi para pakar yang bersangkutan.Beberapa petunjuk
adanya evolusi, yaitu :
- Peninggalan fosil di berbagai
lapisan batuan bumi.
- Anatomi perbandingan.
- Adanya alat-alat tubuh yang tersisa.
- Bukti biogeografi
- Peristiwa domestikasi.
- Perbandingan fisiologi.
- Embriologi perbandingan.
- Variasi antar individu dalam satu
keturunan.
- Perbandingan genetik.
- Petunjuk secara biokimia.
- Bukti molekuler.
Evolusi
dapat diketahui dan dijelaskan melalui fakta sebagai petunjuk. Ada beberapa
fakta yang dapat digunakan sebagai petunjuk evolusi, antara lain seperti
berikut.
a.
Anatomi perbandingan. Jika
Anda membandingkan hewan mamalia satu dengan yang lain, mungkin Anda akan
berpikir, bahwa bagian-bagian tertentu pada tubuh setiap spesimen disusun
menurut pola dasar yang sama dan struktur yang sama, menurut pola dasar yang
sama pula. Dapat kita katakan bahwa hanya ada satu cara terbaik dalam menyusun
organ tersebut dan cara itulah yang digunakan oleh Sang Pencipta, Tuhan Yang
Maha Esa. Organ-organ fungsional pada makhluk hidup dapat dibedakan menjadi dua
yaitu sebagai berikut.
1.
Homologi
Homologi
adalah dua organ yang mempunyai bentuk dan fungsi yang berbeda, tetapi kedua
organ tersebut memiliki bentuk dasar yang sama. Perbandingan organ-organ secara
homologi dapat Anda lihat pada Gambar 7.8 di samping!
Gambar 7.8 Homologi organ
2.
Analogi
Analogi adalah dua organ yang mempunyai bentuk
dasar yang berbeda, tetapi akibat peristiwa evolusi konvergen menjadikan organ
tersebut mempunyai fungsi yang sama. Agar lebih jelas dapat Anda lihat pada
Gambar 7.9!
Gambar 7.9 Perbandingan antara analogi
dan homologi
b.
embriologi perbandingan. Embrio
hewan-hewan dan manusia menunjukkan kecenderungan yang hampir sama. Perhatikan
Gambar 7.10!
1.
Sifat-sifat
umum muncul sebelum sifat-sifat yang khusus.
2.
Perkembangan
juga dimulai dari yang umum, kemudian baru menuju
perkembangan yang khusus.
3.
Bentuk
embrio dari berbagai makhluk hidup hampir serupa, tetapi pada tahap
dewasa menunjukkan perbedaan yang
nyata.
Gambar 7.10 Perbandingan berbagai macam
embrio vertebrata
Keterangan:
1. Ikan
2. Salamander
3. Kura-kura darat
4. Ayam
5. Kelinci
6. Manusia
2. Salamander
3. Kura-kura darat
4. Ayam
5. Kelinci
6. Manusia
c. Fisiologi Perbandingan. Pada umumnya ditemukan persamaan proses
fisiologi antara berbagai makhluk hidup, misalnya dalam hal sintesis protein,
proses metabolisme, respirasi, ekskresi, dan
lain-lain. Coba Anda ingat lagi pelajaran Kelas XI tentang sistem organ.
d. Petunjuk dari alat tubuh
yang tersisa (vestigial).
Pada morfologi beberapa hewan vertebrata dan manusia dapat ditemukan adanya
strukturvestigial, yaitu suatu bentuk anatomi yang berkembang dan
berfungsi sempurna dan akan tereduksi. Alat-alat tubuh yang tersisa ini
dianggap sebagai suatu perjalanan dari evolusi makhluk hidup tersebut. Struktur
vestigial antara lain:
1. umbai cacing, tulang ekor, buah dada pada
pria;
2. sisa-sisa kaki pada ular;
3. sisa sayap pada burung yang tidak
berfungsi untuk terbang seperti burung pinguin,
kasuari, dan burung onta.
4. Petunjuk palaentologi
Palaentologi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang fosil. Fosil adalah
sisa-sisa makhluk hidup yang telah membatu. Sisa-sisa tersebut dapat berupa
tulang, cangkang, gigi, jejak kaki, maupun bagian-bagian yang lain.
Contoh-contoh fosil yang pernah ditemukan dapat pada Gambar 7.11 di bawah ini!
Gambar 7.11 Hasil penemuan fosil (A)
Bakteri dan (B) Ikan
Fosil-fosil
di atas dipelajari oleh para ilmuwan untuk dikaitkan dengan sejarah evolusi
makhluk hidup. Jadi, fosil adalah bukti terjadinya evolusi makhluk hidup.
Beberapa tokoh yang mempelajari tentang fosil adalah sebagai berikut.
1.
Leonardo da vinci. Da Vinci adalah seorang pelukis terkenal
berkebangsaan Italia. Ia berpendapat bahwa fosil merupakan bukti dari adanya
makhluk hidup dan kehidupan di masa lampau.
2.
George cuvier. Cuvier adalah seorang ahli anatomi dari
Perancis, yang mempunyai gagasan bahwa makhluk hidup diciptakan khusus pada
setiap zaman dan pada setiap zaman tersebut diakhiri dengan makhluk hidup yang
berbeda dengan makhluk hidup pada lapisan bumi sebelumnya.
3.
Charles darwin. Darwin berpendapat bahwa makhluk hidup yang
terdapat pada lapisan bumi yang tua akan mengadakan perubahan bentuk yang
disesuaikan dengan lapisan bumi yang lebih muda sehingga pada lapisan bumi
lebih muda ditemukan fosil yang berbeda dengan lapisan bumi yang lebih tua.
Dari beberapa pendapat tokoh-tokoh evolusioner tersebut dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa pada masa lampau terdapat makhluk hidup yang berbeda dengan
makhluk hidup sekarang. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan di permukaan
bumi secara bertahap yang menyebabkan adanya perubahan pula pada makhluk hidup
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penemuan berbagai macam fosil
biasanya berupa bagian-bagian tubuh tertentu saja dan jarang ditemukan dalam
keadaan yang utuh. Hal itu disebabkan oleh faktor-faktor berikut.
1.
Bagian
tubuh yang menyusun organisme lunak sehingga mudah hancur dan jarang
menjadi fosil.
2.
Terjadinya
lipatan batuan bumi atau patahan bumi.
3.
Adanya
pengaruh air, angin, dan bakteri.
Fosil
yang ditemukan lebih lengkap dari fosil yang lain adalah fosil kuda. Fosil ini
ditemukan olehMarsh dan Osborn. Hasil penemuan tersebut
kemudian dibuat urutan evolusi secara lengkap yang dapat Anda lihat pada Gambar
7.12!
Gambar 7.12 Evolusi kuda
Dari
Gambar 7.12 dapat dijelaskan bahwa terdapat perubahan dan perkembangan yang
mengarah pada evolusi bentuk dan fungsi antara lain:
1. tubuh bertambah besar;
2. kepala bagian depan semakin panjang;
3. leher semakin panjang sehingga gerakannya
semakin bebas;
4. perubahan geraham depan dan geraham besar
sehingga sangat sesuai untuk makanan
yang berupa rumput;
5. anggota tubuh yang lain semakin bertambah
panjang, sehingga sesuai dengan gerakan
untuk berlari cepat;
6. jari kaki mereduksi dari lima menjadi
satu, sehingga dapat mendukung gerakan ketika
berlari cepat.
Selain mengidentifikasi bentuk dan
struktur fosil, pada penemuan fosil dapat pula dilakukan penghitungan umur
fosil. Penetapan umur fosil dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
1. Cara langsung, yaitu dilakukan dengan
mengukur umur fosil itu sendiri.
2. Cara tidak langsung, yaitu dilakukan
dengan mengukur umur lapisan bumi tempat fosil
ditemukan.
II.5. MEKANISME
EVOLUSI
Evolusi pada makhluk hidup terjadi antara lain
karena adanya:
1. Variasi genetik
2. Seleksi alam
Variasi genetik terjadi oleh dua sebab utama, yaitu:
1. adanya mutasi gen
2. adanya rekombinasi gen-gen
dalam satu keturunan. Rekombinasi gen terjadi karena gen-gen berpasangan secara
bebas pada waktu pembentukan gamet.
A. Mutasi
Gen
Mutasi gen menyebabkan terjadinya penyimpangan
sifat-sifat individu dari sifat yang normal. Terjadinya mutasi ini ada yang
dipengaruhi oleh faktor luar, dan ada juga yang dipengaruhi oleh faktor dalam
(rekombinasi gen-gen).
Mutasi gen yang tidak dipengaruhi oleh faktor luar
mempunyai 2 sifat, yaitu:
1. Jarang terjadi, sebab
tidak setiap rekombinasi gen menyebabkan mutasi
2. Kebanyakan tidak
menguntungkan
Sekalipun demikian, mutasi ini tetap merupakan salah
satu mekanisme evolusi yang sangat penting, termasuk dalam hal pembentukkan
species baru dengan sifat-sifat yang lebih baik.
Jadi jika mutasi kita tinjau selama periode evolusi
dari suatu species, maka tetap akan mendapatkan angka mutasi yang besar.
Hal ini terjadi karena:
1. Setiap gamet mengandung
beribu-ribu gen
2. Setiap individu mampu
menghasilkan beribu-ribu bahkan berjuta-juta gamet dalam satu generasi
3. Jumlah generasi yang
dihasilkan oleh suatu species selama kurun waktu species itu ada banyak sekali.
Berdasarkan hal tersebut maka angka laju mutasi pada
setiap species dapat diketahui. Angka laju mutasi adalah angka yang menunjukkan
berapakah jumlah gen yang bermutasi dari seluruh gamet yang dihasilkan oleh
satu individu dari suatu species.
Sebagai contoh data sebagai berikut:
~ Angka laju mutasi per gen = 1 : 100.000
~ Jumlah gen dalam satu individu yang mampu
bermutasi = 1000
~ Perbandingan mutasi yang menguntungkan dengan
mutasi yang merugikan = 1 : 1000
~ Jumlah populasi setiap generasi = 200 juta
~ Jumlah generasi selama species itu ada = 5000
Pertanyaan yang muncul adalah berapakah kemungkinan
terjadinya mutasi yang menguntungkan selama species itu ada?
Jawab:
Jumlah mutasi gen yang menguntungkan yang mungkin
terjadi adalah:
~ Pada satu individu:
= 1/100.000 x 1000 x
1/1000 = 1/100.000
~ Pada tiap generasi:
1/100.000 x 200.000.000
= 2000
~ Selama species itu ada (5000 generasi)
2000 x 5000 =
10.000.000
Jadi terbukti, sekalipun mutasi tersebut jarang
terjadi dan mutasi yang menguntungkan sangat kecil kemungkinannya, tetapi jika
ditinjau selama periode evolusi suatu species maka kemungkinan terjadinya
mutasi yang adaptif akan tetap besar.
Ada tiga fakta penting yang muncul pada peristiwa
mutasi, yaitu:
1. Mutasi muncul secara
spontan dan tidak di arahkan oleh alam
2. Mutasi dapat terjadi lagi
pada mutan
3. Mutasi pada umumnya
merugikan organisme yang mengalaminya.
B. Frekuensi
Gen Dalam Populasi
Frekuensi gen adalah perbandingan antara gen yang
satu dengan gen lainnya di dalam suatu populsi. Misal suatu populasi mempunyai
gen dominan A dan gen resesif a. Kedua gen tersebut sama-sama
adaptif. Maka generasi yang bergenotif AA, Aa maupun aa mempunyai daya
fertilitas dan viabelitas yang sama.
Misalnya populsi tersebut dimulai dengan 50% AA
jantan dan 50% aa betina, maka dalam generasi (F1) semua
populasi bergenotif Aa.
Apabila dilakukan perkawinan F1 dengan
F1 maka frekuensi genotif F2 adalah
=
25 AA : 50 Aa : 25
aa atau ¼ AA : ½ Aa
: ¼ aa
Berdasarkan perhitungan tersebut maka frekuensi
keseimbangan genotif F2 adalah hasil kali frekuensi gen dari
masing-masing induknya, yaitu :
(A + a)(A +
a) = AA
+ 2 Aa + aa
A2 + 2 Aa + a2
Demikian pula pada generasi F3 tetap
seperti pada F2 yaitu 1 : 2 : 1.
Jadi apabila setiap individu dari berbagai kesempatan melakukan perkawinan yang
sama dan berlangsung secara acak, serta setiap genotif mempunyai variabilitas
yang sama maka perbandingan antara genotif yang satu denganyang lainnya dari
generasi ke generasi adalah tetap sama.
C. Hukum
Hardy-Weinberg
Hardy nama lengkapnya Godfrey Harold Hardy adalah
seorang ahli matematka Inggris dan Weinberg yang nama lengkapnya Wilhhelm
Weinberg adalah seorang dokter dari jerman. Mereka secara terpisah menemukan
hubungan matematika dari frekuensi gen dalam populasi, yang kemudian dikenal
sebagai Hukum Hardy-Weinberg. Frekuensi gen dalam populasi adalah perbandingan
alela gen tersebut dalam populasi.
Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi gen
dan genotip dalam suatu populasi akan berada pada keadaan yang tetap atau
konstan (sama) dari generasi ke generasi apabila memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Genotip-genotip yang ada
memiliki viabilitas (kemampuan hidup) dan fertilitas (kesuburan) yang sama.
2. Perkawinan antara genotip
terjadi secara acak (random)
3. Tidak ada mutasi dari gen
satu ke gen yang lain atau sebaliknya
4. Populasi harus cukup besar
5. Tidak terjadi migrasi
antar populasi
6. Tidak terjadi seleksi alam
Apabila frekuensi gen yang satu dinyatakan dengan
symbol p dan alelnya dengan symbol q, maka secara matematika hukum tersebut
dinyatakan sebagai berikut:
p + q = 1 atau sama
dengan 100%
(p + q)2 = 1 atau sama
dengan 100%
P2 + 2pq + q2 = 1 atau sama
dengan 100%
Pp + 2pq + qq =
1 atau sama dengan 100%
Dimana:
pp = alela yang homozigot
pq = alela heterozigot
qq = alela homozigot resesif
D. Perubahan
Perbandingan Frekuensi Gen
Hukum hardy-weinber tidak selalu menghasilkan angka
perbandingan yang tetap dari generasi ke generasi. Ini berarti dalam populasi
frekuensi gen dapat mengalami perubahan.
Faktor yang menyebabkan perubahan frekuensi gen
adalah :
1. Mutasi
Terjadinya mutasi pada satu atau beberapa gen akan
mengakibatkan adanya perubahan kesetimbangan gen-gen
2. Seleksi alam
Apabila gen A memiliki viabilitas lebih rendah dari
gen a, atau gen A memiliki mempunyai daya fertilitas lebih baik dari gen a,
maka jumlah individu dengan gen A dalam populasi itu akan bertambah, sedangkan
individu dengan gen a akan berkurang.
Contoh untuk mutasi gen sekaligus seleksi alam
adalah: Didanau buatan AS, selain katak normal (A) ditemukan pula katak berkaki
banyak dan mandul (a). Jika populasi dari katak (Aa) saling mengadakan
perkawinan, berapakah perbandingan genotip AA : Aa : aa dalam
populasi tersebut pada generasi berikutnya bila diketahui:
~ keturunan dari populasi asal terdiri atas :
27 individu AA, 54 individu Aa, dan 27 aa
~ jumlah perkawina yang terjadi adalah 45
~ jumlah individu yang dihasilkan dari setiap
perkawinan adalah 10 individu.
Jawab:
Perbandingan genotip keturunan populasi asal adalah
27 AA : 54 Aa : 27 aa = 1 : 2 : 1
Perbandinhan antara individu yang subur (normal)
dengan mandul adalah (AA + Aa) : aa = (27 +
54) : 27 = 81 : 27 = 3 : 1
Berarti dari seluruh individu yang normal (subur)
terdiri atas 1/3 bergenotip AA dan 2/3 Aa. Oleh karena itu kemungkinan
terjadinya perkawinan antara induk-induk tersebut adalah:
Karena jumlah perkawinan adalah 45 maka jumlah
perkawinan antara:
AA x AA = 1/9 x
45 = 5
AA x Aa = 2/9 x
45 = 10
Aa x AA = 2/9 x
45 = 10
Aa x Aa = 4/9 x
45 = 20
Setiap perkawinan menghasilkan 10 individu untuk
masing-masing genotip:
Jadi perbandingan genotip AA : Aa :
aa = 200 : 200 : 50 = 4 : 4 : 1
3. Migrasi (emigrasi dan
Imigrasi)
Migrasi menyebabkan frekuensi gen akan berubah
Contoh:
Xylopa nobilis (kumbang) antara daerah manado dengan
kepulauan sangihe. Kumbang-kumbang di dua daerah tersebut menunjukkan perbedaan
genetika. Karena sesuatu hal, kumbang kayu di pulau sangihe bermigrasi ke
manado. Pada kumbang tersebut terjadi interhibridisasi sehingga terjadi
perubahan frekuensi gen pada generasi selanjutnya.
4. Rekombinasi dan seleksi
Rekombinasi merupakan penggabungan gen-gen melalui
perkawinan silang. Genotip rekombinan tidak sama dengan induknya. Sehubungan
dengan itu rekombinasi gen menimbulkan perubahan gen pada generasi berikutnya.
5. Perubahan alam sekitar.
Perubahan alam sekitar dan adanya mekanisme isolasi
dapat menyebabkan populasi dari species terpisah, akhirnya berkembang menjadi
species-species baru.
Contoh:
~ Xylopa nobilis pulau sangihe dengan Xylocopa
nobilis di menado
~ Burung finch di kepulauan Galapagos dengan burung
Finch di daratan Amerika Selatan
II.6. SPESIASI
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru
dan berbeda dari spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara
natural dalam kerangka evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi,
keduanya merupakan proses perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi
sedikit, secara gradual, perlahan tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih
ditekankan pada perubahan yang terjadi pada populasi jenis tertentu. Kecepatan
spesiasi maupun kepunahan sebagian tergantung pada ukuran kisaran geografis
dari suatu daerah. Daerah yang luas cenderung meningkatkan kecepatan spesiasi
dan menurunkan kecepatan kepunahan. Jenis yang terdapat di daerah yang luas
akan mengalami spesiasi lebih cepat, sedangkan menurunnya luas area akan
meningkatkan kepunahan suatu jenis, jadi menurunkan jumlah jenis yang akan
mengalami spesiasi. (Widodo, 2007). Spesiasi atau terbentuknya spesies baru
dapat diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan
perubahan genetika (Campbell, 2003). Adapun proses spesiasi ini dapat
berlangsung secara cepat atau lama hingga berjuta-juta tahun.
Spesiasi adalah pembentukan spesies baru dan berbeda
dari spesies sebelumnya dalam kerangka evolusi. Spesiasi dapat berlangsung
cepat, dapat pula berlangsung lama hingga puluhan juta tahun. Setiap populasi
terdiri atas kumpulan individu sejenis (satu spesies) dan menempati suatu
lokasi yang sama. Karena suatu sebab, populasi dapat terpisah dan masing-masing
mengembangkan adaptasinya sesuai dengan lingkungan baru. Dalam jangka waktu
yang lama, populasi yang saling terpisah itu masing-masing berkembang menjadi
spesies baru sehingga tidak dapat lagi mengadakan perkawinan yang menghasilkan
keturunan fertil. Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat diakibatkan oleh
adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika.
B. Syarat
terjadinya spesiasi
1. Adanya perubahan lingkungan
Perubahan lingkungan dapat menyebabkan perubahan
evolusi. Contohnya, bencana alam dapat menyebabkan timbulnya kepunahan massal
di muka bumi. Bencana alam seperti glasiasi, vulkanisme, atau akibat pergesaran
benua, dan proses-proses lainnya menyebabkan perubahan global yang menyebabkan
timbulnya kepunahan missal di muka bumi. Kepunahan massal akan menimbulkan
relung-relung kosong yang dalam waktu lama relung-relung tersebut baru terisi.
Apabila tidak ada relung yang kosong, tidak ada tempat bagi suatu spesies untuk
mengalami proses spesiasi.
2. Adanya relung (niche) yang
kosong
Relung merupakan tempat hidup dan interaksi suatu
organisme. Suatu spesies selalu menempati relung tertentu. Suatu relung umumnya
hanya dapat ditempati oleh satu jenis spesies saja. Kepunahan massal akan
menimbulkan relung-relung kosong yang akan menyebabkan relung-relung baru
terisi kembali dalam jangka waktu yang panjang. Apabila relung tersebut kosong
(tidak ada organisme yang menempatinya), maka akan ada banyak organisme yang
berusaha menempati relung tersebut.
3. Adanya keanekaragaman suatu kelompok
organisme
Selalu akan ada sejumlah organisme yang mencoba
mengisi relung yang kosong. Keberhasilan suatu organisme mengisi relung
ditentukan oleh seberapa besar kecocokan organisme tersebut dibandingkan dengan
persyaratan relung yang kosong.
C. Proses
Spesiasi
1. Isolasi Geografi
Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa
faktor awal dalam proses spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama
populasi dari spesies yang sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak
langsung gene flow masih dapat terjadi, meskipun berbagai
populasi di dalam sistem dapat menyimpang di dalam beberapa sifat sehingga
menyebabkan variasi intraspesies. Hal serupa juga dikemukakan oleh Campbell dkk
(2003) bahwa proses-proses geologis dapat memisahkan suatu populasi menjadi dua
atau lebih terisolasi. Suatu daerah pegunungan bisa muncul dan secara
perlahan-lahan memisahkan populasi organisme yang hanya dapat menempati dataran
rendah; suatu glasier yang yang bergeser secara perlahan-lahan bisa membagi
suatu populasi; atau suatu danau besar bisa surut sampai terbentuk beberapa
danau yang lebih kecil dengan populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika
populasi yang semula kontinyu dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk
hambatan bagi penyebaran spesies, maka populasi yang demikian tidak akan lagi
bertukar susunan gennya dan evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri.
Seiring dengan berjalannya waktu, kedua populasi tersebut akan makin berbeda
sebab masing-masing menjalani evolusi dengan caranya masing-masing (Widodo dkk,
2003).
Pada awalnya isolasi reproduksi muncul sebagai
akibat adanya faktor geografis, yang sebenarnya populasi tersebut masih
memiliki potensi untuk melakukan interbreeding dan masih dapat
dikatakan sebagai satu spesies. Kemudian kedua populasi tersebut menjadi begitu
berbeda secara genetis, sehinggagene flow yang efektif tidak akan
berlangsung lagi jika keduanya bercampur kembali. Jika titik pemisahan tersebut
dapat tercapai, maka kedua populasi telah menjadi dua spesies yang terpisah
(Widodo dkk, 2003). Isolasi geografi dari sistem populasi diprediksi akan
mengalami penyimpangan karena kedua sistem populasi yang terpisah itu mempunyai
frekuensi gen awal yang berbeda, terjadi mutasi, pengaruh tekanan seleksi dari
lingkungan yang berbeda, serta adanya pergeseran susunan genetis (genetic
drift), ini memunculkan peluang untuk terbentuknya populasi kecil dengan
membentuk koloni baru.
Suatu penghalang (barier) adalah keadaaan fisis
ekologis yang mencegah terjadinya perpindahan-perpindahan spesies tertentu
melewati batas ini dan suatu barier suatu spesies belum tentu merupakan barier
bagi spesies lain. Perubahan waktu yang terjadi pada isolasi geografis
menyebabkan terjadinya isolasi reproduktif sehingga menghasilkan dua spesies
yang berbeda.
a. Proses spesiasi Simpatri
Menurut Campbell, dkk (2003) dalam spesiasi
simpatrik, spesies baru muncul di dalam lingkungan hidup populasi tetua;
isolasi genetik berkembang dengan berbagai cara, tanpa adanya isolasi
geografis. Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan. Sebagian
besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model
spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tumbuhan.
Hugo de Vries menyatakan bahwa spesiasi simpatrik
dengan autopoliploidi yang terjadi pada tumbuhan bunga
primrose (Oenothera lamarckiana) yang merupakan suatu spesies diploid
dengan 14 kromosom. Di mana suatu saat muncul varian baru yang tidak biasanya
diantara tumbuhan itu dan bersifat tetraploid dengan 28 kromosom. Selanjutnya
bahwa tumbuhan itu tidak mampu kawin dengan bunga mawar diploid, spesies baru
itu kemudian dinamai Oenothera gigas. Mekanisme lain spesiasi
adalah alopoliploidyaitu kontribusi dua spesies yang berbeda
terhadap suatu hibrid poliploid. Misalnya rumput Spartina anglicayang
berasal dari hibridisasi Spartina maritima dengan Spartina
alternaflora. Spesiasi simpatrik pada hewan contohnya serangga Rhagoletis sp.
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada
seleksi terpecah (distruptive selection), seperti ketika dua homozigot
pada satu atau lebih lokus teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu
merupakan suatu multiple-niche polymorphism. Contohnya pada
serangga herbivora bergenotip AA dan A’A’ teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1
dan 2, dimana genotip AA’ tidak teradaptasi dengan baik. Masing-masing
homozigot ingin mempunyai fittes lebih tinggi jika
dilakukan mating secara assortativedengan genotip
yang mirip dan tidak menghasilkan keturunan heterozigot yang tidak fit. Assortative
matingmungkin dipertimbangkan adanya lokus B yang dapat mempengaruhi
perilaku kawin maupun mendorong serangga untuk memilih inang spesifik, yang
pada tempat tersebut dapat ditemukan pasangan dan kemudian dapat bertelur. Jika
BB dan Bb kawin hanya pada inang 2, perbedaan dalam pemilihan inang dapat
mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi reproduktif. Banyak dari serangga
herbivora yang merupakan spesies yang berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan
inang, terutama untuk pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin.
b. Proses spesiasi tidak Simpatri
Spesiasi tidak simpatri adalah proses spesiasi yang terdapat dalam area geografi yang berbeda
dibandingkan dengan area geografi suatu spesies yang paling berkerabat.
Spesiasi tidak simpatri dapat dibagi tiga, yaitu spesiasi alopatri (spesiasi
yang terjadi di daerah yang berjauhan atau berlainan dari satu spesies yang
paling dekat hubungan kekerabatannya), spesiasi parapatri (spesiasi terjadi di
daerah yang bersebelahan dengan daerah dari suatu spesies yang paling dekat
hubungan kekerabatannya), spesiasi peripatri (spesiasi yang terjadi di daerah
pinggir dari daerah suatu spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya).
1) Spesiasi Alopatrik ( Allopatric
Speciation)
Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan
melalui studi variasi geografi. Spesies yang beranekaragam secara geografis
dari seluruh karakter dapat menghalangi pertukaran gen antara spesies
simpatrik. Populasi yang terpisah secara geografis dapat terisolasi oleh
kemandulan atau perbedaan perilaku dibandingkan dengan populasi yang
berdekatan. Populasi yang terisolasi mungkin tidak dapat melakukan interbreeding jika
mereka bertemu, karena bentuknya sangat menyimpang (divergent) dan
kemudian masuk ke dalam simpatrik tetapi tidak terjadi interbreeding.
Spesiasi alopatrik merupakan mekanisme isolasi yang terjadi secara gradual.
Contoh bukti perbedaan alopatrik misalnya hewan air
tawar menunjukkan keanekaragaman yang besar di daerah pegunungan yang banyak
terisolasi dengan sistem sungai. Pada suatu pulau suatu spesies adalah homogen
di atas rentang kontinen yang berbeda dalam hal penampilan, ekologi dan
perilaku. Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah pembentukan spesies burung
finch di Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin. Menurut Darwin dalam
Stearns and Hoekstra (2003) bahwa burung finch berasal dari satu nenek moyang
burung yang sama.
Spesiasi alopatrik juga dialami oleh tupai antelope di
Grand Canyon. Di mana pada tebing selatan hidup tupai antelope harris (Ammospermophillus
harris). Beberapa mil dari daerah itu pada sisi tebing utara hidup tupai
antelope berekor putih harris (Ammospermophillus leucurus), yang
berukuran sedikit lebih kecil dan memiliki ekor yang lebih pendek dengan warna
putih di bawah ekornya (Gambar 2.6.). Ternyata di situ semua burung-burung dan
organisme lain dapat dengan mudah menyebar melewati ngarai ini, tetapi tidak
dapat dilewati oleh kedua jenis tupai ini.
2) Spesiasi parapatrik/ Semi geografik
Jika seleksi menyokong dua alel berbeda yang
berdekatan atau parapatrik, frekuensi sudah dapat ditetapkan. Dengan cukupnya
seleksi pada suatu lokus yang berkontribusi terhadap isolasi reproduktif,
populasi dapat membedakan kepada spesies yang terisolasi secara reproduktif.
Endler (1977) dalam Widodo dkk (2003) berargumen bahwa zona bastar yang
biasanya menandai untuk dapat terjadinya kontak sekunder sebenarnya sudah
muncul secara in situ (melalui perbedaan populasi parapatrik dan spesies yang
muncul juga parapatrik).
Spesiasi Parapatrik merupakan spesiasi yang terjadi
karena adanya variasi frekuensi kawin dalam suatu populasi yang menempati
wilayah yang sama. Pada model ini, spesies induk tinggal di habitat yang
kontinu tanpa ada isolasi geografi. Spesies baru terbentuk dari populasi yang
berdekatan. Suatu populasi yang berada di dalam wilayah tertentu harus berusaha
untuk beradaptasi dengan baik untuk menjamin kelangsungan hidupnya, dan usaha
itu dimulai dengan memperluas daerah ke daerah lain yang masih berdekatan
dengan daerah asalnya. Apabila di area yang baru ini terjadi seleksi, maka
perubahan gen akan terakumulasi dan dua populasi akan berubah menjadi
teradaptasikan dengan lingkungan barunya. Jika kemudian mereka berubah menjadi
spesies lain (spesies yang berbeda), maka perbatasan ini akan diakui sebagai
zona hibrid. Dengan demikian, dua populasi tersebut akan terpisah, namun secara
geografis letaknya berdekatan sepanjang gradient lingkungan.
Di dalam spesiasi parapatrik tidak ada barier
ekstrinsik yang spesifik untuk gene flow. Populasi berlanjut,
tetapi populasi tidak kawin secara acak, individu lebih mudah kawin dengan
tetangganya secara geografis dari pada individu di dalam cakupan populasi yang
berbeda. Artinya bahwa individu lebih mungkin untuk kawin dengan tetangganya
daripada dengan individu yang ada dalam cakupan Di dalam gaya ini, penyimpangan
boleh terjadi oleh karena arus gen dikurangi di dalam populasi dan
bermacam-macam tekanan pemilihan ke seberang cakupan populasi.
3) Spesiasi peripatrik
Spesiasi peripatrik : proses spesiasi
yang terjadi di daerah pinggir dari daerah suatu spesies yang paling dekat
hubungan kekerabatannya. Suatu organisme memiliki kisaran toleransi tertentu,
akibatnya jenis tersebut akan menempati daerah tertentu. Semakin jauh dari
pusat penyebarannya, maka lingkungannya pun makin berbeda. Dengan demikian
spesies yang menempati daerah tersebut akan semakin berbeda dengan spesies yang
menempati pusat. Dengan demikian, interaksi antara populasi tersebut dengan
populasi satu spesiesnya menjadi sangat terbatas.
2. Isolasi Reproduksi
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat
terjadi karena adanya pencegahan gene flow antara dua sistem
populasi yang berdekatan akibat faktor ekstrinsik (geografis). Setelah kedua
populasi berbeda terjadi pengumpulan perbedaan dalam rentang waktu yang cukup
lama sehingga dapat menjadi mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik
dapat mencegah bercampurnya dua populasi atau mencegahinterbreeding jika
kedua populasi tersebut berkumpul kembali setelah batas pemisahan tidak ada.
Spesiasi dimulai dengan terdapatnya penghambat luar
yang menjadikan kedua populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat
yang berbeda) dan keadaan ini belum sempurna sampai populasi mengalami proses
instrinsik yang menjaga supaya supaya mereka tetap alopatrik atau gene
pool mereka tetap terpisah meskipun mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai
tempat yang sama).
Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat
timbul yaitu isolasi sebelum perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.
a. Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating
isolation/prezygotic barrier)
Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan
antara spesies atau merintangi pembuahan telur jika anggota-anggota spesies
yang berbeda berusaha untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri dari:
1) Isolasi Ekologi (ecological)
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat
luar (eksternal barrier), suatu ketika mempunyai karakteristik yang
khusus untuk berbagai keadaan lingkungan meskipun penghambat luar tersebut
dihilangkan, keduanya tidak akan simpatrik. Setiap populasi tidak mampu hidup
pada tempat dimana populasi lain berada, mereka dapat mengalami perubahan pada
perbedaan-perbedaan genetik yang dapat tetap memisahkan mereka. Setiap spesies
beradaptasi dengan iklim setempat di dalam batas-batas daerah sendiri dan iklim
dari keduanya sangat berbeda, sehingga setiap spesies tidak mungkin hidup di
tempat spesies yang lain. Jadi, disini terdapat perbedaan-perbedaan genetik
yang mencegah gene flow diantara spesies pada keadaan yang
alami. Contohnya pada pohon jenisPlatanus occidentalis yang
terdapat di bagian timur Amerika Serikat dan Platanus orientalis yang
terdapat di timur Laut Tengah, kedua spesies ini dapat disilangkan dan
menghasilkan hibrid yang kuat dan fertil. Kedua spesies ini terpisah tempat
yang berbeda dan fertilisasi alami tidak mungkin terjadi (Waluyo, 2005).
2) Isolasi Tingkah laku (Behavioral)
Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal courtship (percumbuan)
dan perkawinan (mating). Tingkah laku juga berperan pada perkawinan acak
antar spesies yang berbeda sehingga perkawinan mendapat hambatan oleh
terjadinya inkompatibilitas beberapa perilaku sebagai dasar bagi suksesnya
perkawinan tersebut. Contohnya pada hewan jantan spesies tertentu memiliki pola
perilaku yang spesifik dalam menarik, mendekati dan mengawini pasangannya.
Kegagalan perkawinan terjadi karena pasangan merasa asing dengan pola perilaku
yang ditunjukkan oleh pasangannya sehingga terjadi penolakan. Selain sekuen
perilaku yang spesifik seperti yang ditunjukkan oleh burung bower di mana hewan
jantan harus mempersiapkan pelaminan yang penuh dengan aksesoris tertentu agar
burung betina mau dikawini. Isolasi perilaku sangat tergantung pada produksi
dan penerimaan stimulus oleh pasangan dari dua jenis kelamin yang berbeda.
Jenis stimulus yang dominan untuk mensukseskan perkawinan, stimulus tersebut
diantaranya adalah:
a) Stimulus visual: Bentuk, warna, dan karakter
morfologi lain dapat mempengaruhi stimulus visual. Beberapa hewan seperti
kelompok ikan, burung, dan insekta menunjukkan bahwa stimulus visual dominan
mempengaruhi ketertarikan pasangan seksualnya. Contohnya pada bebek liar
Amerika Serikat yang simpatrik mempunyai courtship display yang
baik dan disertai dengan warna yang mencolok pada bebek jantan. Fungsinya
adalah untuk memperkecil kesempatan bebek betina memilih pasangan yang salah
(Waluyo, 2005).
b) Stimulus adaptif: Bunyi nyanyian atau suara
lain yang spesifik berfungsi sebagai alat komunikasi antar jenis kelamin yang
mengarah pada proses terjadinya perkawinan intra maupun interspesies.
Suara-suara yang dikeluarkan oleh insekta, reptilia, burung, dan mamalia banyak
yang spesifik untuk tiap spesies.
c) Stimulus kimia/feromon: Parris (1999)
menyatakan bahwa feromon merupakan signal kimia yang bersifat intraspesifik
yang penting dan digunakan untuk menarik dan membedakan pasangannya, bahkan
feromon dapat bertindak sebagai tanda bahaya. Molekul ini spesifik pada
individu betina yang dapat merangsang individu jantan dan atau sebaliknya
sebagai molekul spesifik yang dihasilkan oleh individu betina untuk menolak
individu jantan. Misalnya pada Drosophila melanogaster feromon
mempunyai pengaruh pada tingkah laku perkawinan, di mana dengan adanya feromon
yang dilepaskan oleh individu betina membuat individu jantan melakuakn
aktivitas sebagai wujud responnya terhadap adanya feromon tersebut.
3) Isolasi Sementara (temporal)
Dua spesies yang kawin pada waktu yang berbeda
(hari, musim, atau tahun), gametnya tidak akan pernah mencampur. Misalnya hewan
singung berbintik (Spilogale gracilis) yang sangat mirip dengan S.
putorius ini tidak akan saling mengawini karena S. gracilis kawin
pada akhir musim panas dan S. putorius kawin pada akhir musim
dingin. Hal yang sama juga terjadi pada 3 spesies dari genus anggrek Dendrobium
yang hidup di musim tropis basah yang sama tidak terhibridisasi, karena ketige
spesies ini berbunga pada hari yang berbeda.
4) Isolasi Mekanik (mechanical)
Apabila perbedaan struktural diantara dua populasi
yang sangat berdekatan menyebabkan terhalangnya perkawinan antar spesies, maka
diantara kedua populasi tersebut tidak terjadi gene flow(Waluyo,
2005). Isolasi mekanik ditunjukkan oleh inkompatibilitas alat reproduksi antara
dua spesies yang berbeda sehingga pada saat terjadinya perkawinan salah satu
pasangannya menderita. Mekanisme ini sebagaimana terlihat pada Molusca
sub-famili Polygyrinae, struktur genetalianya menghalangi terjadinya perkawinan
spesies dalam sub-famili yang sama. Pada tumbuhan isolasi ini terlihat pada
tanaman sage hitam yang memiliki bunga kecil yang hanya dapat diserbuki oelh
lebah kecil. Berbeda dengan tanaman sage putih yang memiliki struktur bunga
yang besar yang hanya dapat diserbuki oleh lebah yang besar.
5) Isolasi Gametis (gametic)
Isolasi gamet menghalangi terjadinya fertilisasi
akibat susunan kimiawi dan molekul yang berbeda antara dua sel gamet, seperti
spermatozoa yang mengalami kerusakan di daerah traktus genital organ betina
karena adanya reaksi antigenik, menjadi immobilitas, dan mengalami kematian
sebelum mencapai atau bertemu sel telur. Contohnya pada persilangan Drosophila
virilis dan D. americana, sperma segera berhenti bergerak
pada saat sampai pada alat kelamin betina, atau bila tidak rusak maka sperma
akan mengalami kematian. gambaran lain juga yang terjadi pada ikan, di mana
telur ikan yang dikeluarkan dari air tidak akan dibuahi oleh sperma dari
spesies lain karena selaput sel telurnya mengandung protein tertentu yang hanya
dapat mengikat molekul sel sperma dari spesies yang sama.
b. Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating
isolation/Postzigotic barrier)
Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies
membuahi ovum dari spesies yang lain, maka barier postzigot akan mencegah zigot
hibrida itu untuk berkembang menjadi organisme dewasa yang bertahan hidup dan
fertil. Mekanisme ini dapat terjadi melalui:
1) Kematian zigot (zygotic mortality)
Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma spesies
lain (zigot hibrid) seringkali tidak mengalami perkembangan regular pada setiap
stadianya, sehingga zigot tersebut mengalami abnormalitas dan tidak mencapai
tahapan maturitas yang baik atau mengalami kematian pada stadia awal perkembangannya.
Di antara banyak spesies katak yang termasuk dalam genus Rana, beberapa
diantaranya hidup pada daerah dan habitat yang sama, dan kadang-kadang mereka
bisa berhibridisasi. Akan tetapi keturunan yang dihasilkan umumnya tidak
menyelesaikan perkembangannya dan akan mengalami kematian.
2) Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
Pada beberapa kasus ketika spesies berbeda melakuakn
kawin silang, keturunan hibrid generasi pertama dapat bertahan hidup dan
fertil, tetapi ketika hibrid tersebut kawin satu sama lain atau dengan spesies
induknya, keturunan generasi berikutnya akan menjadi lemah dan mandul. Sebagai
contoh, spesies kapas yang berbeda dapat menghasilkan keturunan hibrid yang
fertil, tetapi kerusakan terjadi pada generasi berikutnya ketika keturunan hibrid
itu mati pada saat berbentuk biji atau tumbuh menjadi tumbuhan yang cacat dan
lemah.
3) Sterilitas hibrid
Hibridisasi pada beberapa spesies dapat menghasilkan
keturunan yang sehat dan hidup normal akan tetapi hibrid tersebut mengalami
sterilitas. Terjadinya sterilitas ini disebabkan oleh inkompatibilitas genetik
yang nyata sehingga tidak dapat menurunkan keturunannya. Contoh hibrid yang
steril antara lain: mule (hibrid antara keledai dan kuda), cama (hibrid antara
onta dan ilama), tiglon (hibrid anatara macan dan singa), zebroid (hibrid
antara zebra dan kuda).
II.7. SEJARAH EVOLUSI MANUSIA
Gambar 7.1
Evolusi manusia
Sejarah Evolusi Manusia- Perhatikan kembali
Gambar 7.1. di depan. Gambar 7.1 menjelaskan bahwa sebenarnya manusia bukan
berasal dari kera, melainkan antara kera dan manusia memiliki cikal bakal yang
sama. Jika melihat fenomena tersebut, maka dapat membayangkan proses evolusi
berjalan secara bertahap dalam waktu yang sangat lama. Sejarah manusia dimulai
dari primata cikal bakal kemudian dalam perkembangannya akan mengalami
perubahan dari generasi ke generasi sampai perkembangan yang lebih baik seperti
manusia zaman sekarang. Sejarah manusia yang berasal dari primata cikal bakal
adalah sebagai berikut.
A.
Primata
Pada tahun 1871, Charles
Darwin menerbitkan bukunya yang berjudul The Descent Of Man yang
berisi tentang asal usul manusia. Pendapat Darwin tersebut didasarkan atas
adanya hubungan kekerabatan antara manusia dengan primata. Hubungan kekerabatan
tersebut juga dapat dilihat antara manusia (Hominidae) dan orang utan (Pongidae).
Di antara bentuk persamaan tersebut dapat Anda lihat struktur tubuhnya, antara
lain:
- mata menghadap ke depan;
- memilki kelenjar susu yang terletak di dada;
- memiliki struktur, jumlah, dan macam kerangka
yang sama;
- organ darah mempunyai susunan kimia yang sama;
- bentuk rahim dengan tipe simpleks.
Selain persamaan di atas, juga terdapat perbedaan
antara keduanya. Perbedaan tersebut dapat Anda lihat pada Tabel 7.1 di bawah
ini.
Tabel 7.1 Perbedaan Antara Manusia (Hominidae)
dan Orang Utan (Pongidae)
Struktur Tubuh
|
Manusia (Hominidae)
|
Orang Utan (Pongidae)
|
Kedudukan tengkorak
|
Tepat di ujung tulang belakang
|
Sebelah depan ujung tulang belakang
|
Rahang
|
Berbentuk seperti huruf V
|
Berbentuk seperti huruf U
|
Gigi
|
Ukuran dan tinggi sama
|
Ukuran dan tinggi tidak sama
|
Tulang belakang
|
Tegak dan kuat
|
Bengkok
|
Tangan
|
Lebih pendek dari kaki
|
Lebih panjang dari kaki
|
Kaki
|
Untuk berjalan
|
Untuk berjalan dan memegang
|
Ibu jari kaki
|
Tidak dapat bergerak bebas
|
Dapat bergerak bebas
|
Pelvis
|
Lebar dan kuat
|
Sempit dan memanjang
|
Agar lebih jelas tentang struktur tubuh di atas,
Anda dapat membandingkannya secara langsung. Pergilah ke kebun binatang,
kemudian amati struktur tubuh dari orang utan. Hasilnya dapat Anda catat di
buku tugas dan kemudian dapat dibuat suatu kesimpulan.
b. Manusia purba. Fosil manusia purba ditemukan
di berbagai tempat. Penemuan tersebut dapat menunjukkan suatu perbandingan dan
mengetahui perkembangan evolusi yang terjadi. Di antara penemuan yang ada
adalah sebagai berikut.
1. Manusia kera Afrika Selatan. Beberapa fosil manusia kera dari
Afrika Selatan ditemukan olehRaymond Dart (1829 – 1924). Beberapa penemuan
tersebut antara lain Australopithecus africanus, Paranthropus
robustus, Plesianthropus transvelensis. Menurut Raymond Dart,
manusia kera Afrika Selatan memiliki karakteristik antara lain:
1) dapat berdiri tegak dan berjalan dengan dua kaki;
2) memiliki tinggi badan kurang lebih 1,5 meter;
3) memiliki volume otak hanya sekitar 450 – 600 cm3;
4) habitat hidup di tempat terbuka.
1) dapat berdiri tegak dan berjalan dengan dua kaki;
2) memiliki tinggi badan kurang lebih 1,5 meter;
3) memiliki volume otak hanya sekitar 450 – 600 cm3;
4) habitat hidup di tempat terbuka.
2. Manusia kera Afrika timur. Fosil ini
ditemukan oleh Leakey dan diberi nama Australopithecus
boisai yang memiliki ciri-ciri antara lain berbadan lebih kekar, gigi,
dan tulang rahang lebih kuat. Penemuan lain adalah jenis Australopithecus
habilis yang memiliki ciri-ciri antara lain:
1) memiliki volume otak yang lebih besar dibandingkan manusia kera Afrika yang lain yaitu ± 650 cm3, sehingga intelegensinya lebih tinggi;
2) sudah menggunakan alat bantu untuk memotong dari batu.
1) memiliki volume otak yang lebih besar dibandingkan manusia kera Afrika yang lain yaitu ± 650 cm3, sehingga intelegensinya lebih tinggi;
2) sudah menggunakan alat bantu untuk memotong dari batu.
3. Manusia Jawa. Fosil manusia
Jawa ditemukan oleh Eugene Dubois, yang merupakan ahli anatomi dan geologi
dari Belanda. E. Dubois menemukan fosil tersebut di daerah Trinil,
Jawa Timur pada tahun 1894. Pada tempat yang berbeda ditemukan pula manusia
Jawa jenis lain. Penemuan ini dilakukan oleh C.R. Von Koenigswald di
daerah Mojokerto dan Sangiran. Hasil penemuan Koenigswald tersebut diberi
nama Pithecanthropus erectus. Manusia Jawa yang ditemukan tersebut
memiliki ciri-ciri antara lain:
1) dapat
berdiri dan berjalan dengan dua kaki;
2) memiliki
volume otak kurang lebih 770 – 1000 cm3;
3) dapat
berkomunikasi dengan berbicara;
4) dapat
membuat alat berburu dan menggunakan api;
5) hidup kurang
lebih 500.000 s.d. 300.000 tahun yang lalu.
4. Manusia Peking. Penemuan fosil
manusia purba dilakukan oleh Davidson Black (Canada) danFranz Weiden
Reich (Amerika) pada tahun 1920. Penemuan manusia purba tersebut berada di
Gua Kapur, Peking. Hasil penemuan tersebut diberi nama Sinanthropus
pekinensis. Ciri-ciri manusia Peking tersebut antara lain:
1) memiliki
volume otak yang agak besar yaitu kurang lebih 900–1200 cm3;
2) diperkirakan
hidup sekitar 500.000 tahun yang lalu;
3) mampu
menggunakan senjata dan perkakas dari tulang dan batu;
4) sudah
menggunakan api;
5) mempunyai
kebudayaan yang lebih maju.
5. Homo Sapiens. Penemuan Homo
sapiens oleh Eugene Dubois yaitu Homo wajakensis yang
ditemukan di desa Wajak, Jawa Timur pada tahun 1889. Spesies ini diperkirakan
hidup kurang lebih 40.000 tahun.
c. Manusia Modern. Manusia modern memiliki
ciri-ciri antara lain:
- memiliki volume otak ± 1400 – 1500 cm3;
- memiliki tinggi badan ± 1,6 m;
- memiliki peradaban yang maju;
- mempunyai peralatan yang lebih baik;
- suka berburu;
- sudah terdapat hubungan sosial dan upacara
ritual;
- diperkirakan hidup sekitar 100.000 – 40.000
tahun yang lalu.
Dari ciri-ciri tersebut, Anda dapat melihat suatu
perkembangan terjadi menuju bentuk manusia yang lebih baik. Dari penjelasan
mengenai berbagai sejarah evolusi manusia tersebut, Anda akan memiliki gambaran
tentang perkembangan dari generasi ke generasi sehingga membentuk manusia yang
lebih sempurna seperti sekarang.
II.8
ASAL USUL KEHIDUPAN
Pernahkah Anda berpikir kapan bumi ini diciptakan?
Di mana dan dengan cara bagaimana kehidupan ini berawal? Pertanyaan-pertanyaan
tersebut sebenarnya sering sekali dilontarkan dan hampir berada pada setiap
benak orang. Banyak orang ingin mengetahui jawabannya yang pasti, namun
semuanya selalu berujung pada Tuhan Yang Maha Esa. Adanya pertanyaan-pertanyaan
tersebut memotivasi para ahli Biologi untuk meneliti asal-usul dari kehidupan
itu. Mereka berusaha mencari jawabannya dengan segala macam eksperimen yang
dilakukan, kemudian hasilnya dibuat hipotesis, sehingga teori-teori asal-usul
kehidupan ini baru merupakan hipotesis, belum merupakan kenyataan yang pasti,
karena tidak seorangpun yang sudah mengalami dan menjadi saksi awal pertama
kehidupan dimulai. Beberapa tokoh-tokoh Biologi yang memiliki gagasan tentang
teori asal-usul kehidupan adalah sebagai berikut.
A. Teori
Abiogenesis (Generatio Spontanae)
Teori
Abiogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda tak hidup. Orang
yang pertama kali mengemukakan teori ini adalah Aristoteles (384 – 322 SM).
Teori ini diperoleh dari pengamatan keadaan lingkungan disekitarnya. Misalnya
cacing berasal dari tanah atau ulat berasal dari daging, sehingga diambil
kesimpulan bahwa makhluk hidup berasal dari benda tak hidup. Namun, semakin
banyak orang mempelajari biologi maka orang mulai meragukan teori abiogenesis.
Keraguan tersebut berhasil diyakinkan oleh Anthony Van Leeuwenhoek pada abad
ke-17. Leeuwenhoek menemukan mikroskop yang dapat memperlihatkan
mikroorganisme, sperma, sel darah, dan mikroorganisme lainya.
B. Teori
Biogenesis
Teori
Biogenesis merupakan teori yang mengatakan bahwa makhluk hidup berasal dari
makhluk hidup yang ada sebelumnya. Teori ini didukung oleh beberapa penelitian.
1. Percobaan Francesco Redi
Pada tahun
1668, seorang dokter italia yang bernama francesco redi melakukan percobaan
untuk menunjukan bahwa ulat tidak muncul dari daging yang membusuk melainkan
dari telur lalat. Pada percobaannya, francesco redi menggunakan 2 buah toples
yang berisi daging. Toples pertama diisi daging dan ditutup dengan rapat.
Toples kedua diisi dengan daging dan di biarkan terbuka. Setelah didiamkan
beberapa hari, daging pada toples pertama tidak mengandung ulat. Sebaliknya
pada toples kedua dagingnya mengandung ulat. Dari percobaan tersebut francesco
redi menyimpulkan bahwa ulat yang terdapat pada toples kedua berasal dari
lalat. Lalat yang hinggap pada daging tersebut bertelur, dan telurnya tersimpan
dalam daging tersebut kemudian menetas dan menjadi ulat.
Gambar 7.13
Percobaan Francesco Redi
Hasil
percobaan ini tidak dapat diterima oleh para pendukung teori abiogenesis,
karena pada toples pertama yang tertutup rapat udara tidak dapat masuk,
sehingga kehidupan tidak dapat terjadi. Untuk membuktikan kebenaran teorinya,
maka francesco redi melakukan percobaan yang kedua. Pada percobaannya kali ini
daging diletakkan pada toples yang tidak ditutup dengan kain kasa sehigga udara
masih dapat masuk, tetapi lalat tidak dapat masuk. Hasil dari percobaan
tersebut adalah daging membusuk dan pada daging terdapat beberapa ulat.
Kesimpulan yang diambl dari percobaan ini adalh bahwa ulat tidak berasal dari
daging yang membusuk melainkan dari lalat yang hinggap di kain kasa dan
telurnya jatuh di atas daging.
2. Percobaan Lazzaro Spallanzani
Penelitian
mengenai biogenesis juga dilakukan oleh pendeta berkebangsaan italy, Lazzaro
Spallanzani pada tahun 1765. Ia mencoba membuktikan bahwa mikroorganisme yang
ditemukan oleh Leeuwwenhoek tidak muncul dengan sendirinya. Spallanzani
melakukan percobaan dengan dua buah labu yang berisi air kaldu nutrien yang
dipanaskan. Labu pertama diisi air kaldu nutrien, yang dipanaskan hingga suhu
mencapai 15°C dan dibiarkan terbuka. Labu kedua diisi air nutrien, kemudian
dipanaskan hingga mendidih (100°C), dan disumbat dengan gabus. Sesudah itu
kedua labu didinginkan dan didiamkan selama satu minggu. Hasil percobaan ini
adalah pada labu pertama air kaldu sedangkan pada labu kedua air kaldu tetap
jernih, tidak berbau, dan tidak mengandung mikroorganisme. Tetapi, jika
selanjutnya labu kedua dibiarkan terbuka maka setelah beberapa hari air kaldu
menjadi keruh dan berbau.
Gambar 7.14 Model percobaan Spallanzani
Dari
percobaan spallanzani ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas mikroorganisme pada
labu pertama menyebabkan air kaldu menjadi berbau. Mikroorganisme ini berasal dari
udara karena labu tidak tertutup. Pada labu kedua tidak terjadi perubahan pada
kaldu, karena mikroorganisme dari udara luar tidak dapat masuk.
3. Percobaan Louis Pasteur
Penelitian
spallanzani disempurnakan oleh Louis Pasteur, seorang ahli biokimia dan
mikrobiologi dari perancis. Pasteur juga mendidihkan gelas labu berisi kaldu,
tetapi leher labu tidak di tutup rapat-rapat melainkan dibentuk seperti huruf S
atau leher angsa, sehingga ujungnya tetap terbuka (udara dapat masuk).
Gambar 7.15 Labu percobaan Louis Pasteur
Labu berleher angsa diisi
dengan air kaldu nutrien, kemudian didihkan hingga steril. Setelah itu labu
didinginkan dan didiamkan. Setelah beberapa hari air kaldu dalam labu leher
angsa tetap jernih, meskipun udara dapat masuk kedalam tabung. Mikroorganisme
yang ada di udara tidak dapat mencapai air kaldu karena terjebak dalam leher
labu yang panjang. Tetapi jika labu berleher angsa ini dimiringkan, sehingga
iar kaldu bersentuhan dengan udara yang terperangkap dileher labu, maka
beberapa hari kemudian air kaldu menjadi keruh. Percobaan ini membuktikan bahwa
mikroorganisme pada air kaldu berasal dari mikroorganisme yang ada di udara,bukan
berasal dari air kaldu
C. Teori Kosmozoa
Teori
kosmozoa mengatakan bahwa kehidupan berasal dari tempat lain di alam semesta,
misalnya dari meteor yang jatuh. beberapa meteor memang mengandung
molekul-molekul organik, namun datangnya molekul di meteor tersebut dari
angkasa luar tidak sama dengan datangnya kehidupan.
D. Teori biologi modern.
Teori biologi modern merupakan teori evolusi kimia,
yang berpendapat bahwa bumi ini pada awalnya sangat panas sekali, kemudian
suatu ketika bumi mengalami proses pendinginan.
Dari proses-proses tersebut maka dapat dihasilkan
bahan-bahan kimia. Bahan-bahan yang berat akan menyusun bumi sedangkan bahan
yang ringan akan menyusun atmosfer. Teori evolusi kimia dicetuskan oleh
beberapa tokoh berikut.
1. Harold Urey. Urey adalah seorang
ilmuwan Amerika Serikat yang berpendapat bahwa atmosfer bumi pada suatu saat
kaya akan molekul-molekul seperti CH4 (metana), NH3 (ammonia),
H2(hidrogen) dan H2O dalam bentuk gas. Adanya energi yang
berasal dari aliran listrik halilintar dan radiasi sinar kosmis, akan
mengakibatkan molekul-molekul tersebut mengadakan reaksi kimia untuk membentuk
zat-zat hidup. Zat hidup yang mula-mula ada kira-kira seperti virus sekarang.
Zat hidup ini setelah berjuta-juta tahun berkembang menjadi berbagai jenis
organisme.
2. Stanley Miller. Miller adalah
murid dari Urey. Ia membuat suatu percobaan untuk membuktikan teori
Urey. Ia melakukan percobaan dengan mengisi tabung-tabung dengan CH4, NH3, H2,
dan H2O. Campuran gas-gas tersebut dialirkan melalui labu dilengkapi elektroda
yang dapat melepaskan bunga api listrik yang bertegangan tinggi selama satu
minggu. Setelah percobaan tersebut, dilihat ternyata ditemukan beberapa jenis
asam amino. Asam amino adalah zat yang menyusun protoplasma makhluk hidup. Pada
temuannya ini asam amino tersebut belum menunjukkan gejala hidup.
3. A.I. Oparin. Oparin adalah
seorang ilmuwan berkebangsaan Rusia. Oparin juga memiliki gagasan yang sama
seperti Urey, tetapi Oparin tidak dapat membuktikan bahwa reaksi gas CH4,
NH3, H2dan H2O membentuk asam amino. Ia
berpendapat bahwa asam amino terbentuk secara alami. Menurut Oparin, lautan
bumi pada awalnya memiliki persediaan cukup bahan-bahan organik. Dalam waktu
yang lama maka bahan-bahan organik tersebut akan berikatan satu dengan lainnya
membentuk selaput-selaput, kemudian molekul organik berselaput ini akan
mengikat molekul lainnya dan menyatukan diri sehingga terbentuk gabungan
molekul baru yang karakteristik. Ikatan kompleks inilah yang diperkirakan
merupakan awal dari kehidupan.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dalam asal
usul kehidupan terdapt beberapa teori yang mendukung diantaranya: Teori
Abiogenesis, Teori Boigenesis, dan Teori Kosmozoa Charles Darwin
adalah seorang pencetus teori evolusi yang hingga saat ini teorinya masih
digunakan. Dalam bukunya ia menuliskan pokok-pokok evolusi yaitu:
a. Makhluk
hidup yang ada sekarang berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
b. Evolusi
terjadi melalui seleksi alam.
Lamarck
mengatakan organisme dapat berevolusi karena ada pengaruh dari lingkungannya,
namun weismann menolak toeri itu dan berkesimpulan bahwa
a. perubahan
sel tubuh karena pengaruh lingkungan, tidak diwariskan pada keturunannya
b. evolusi
merupakan masalah genetika
III.2. Saran
Melalui makalah ini Penulis mengharapkan bagi para pembaca untuk bisa mengembangkan maksud dari
evolusi itu dan juga ikut berperan dalam menggali evolusi di muka bumi ini yang
mana kita tahu bahwa evolusi adalah suatu hal yang belum jelas dan dapat di
buktikan secara langsung. Oleh karena itu teori – teori
tentang evolusi janganlah dijdikan sebuah momen untuk berperang pemikiran
karena akan menimbulkan perpecahan.
Atas kritik
dan sarannya penulis sampaikan terima kasaih.
DAFTAR PUSTAKA
Pujianto
Sri.2012. Menjelajah Dunia Biologi.
Solo: Platinum.
Mukti,
Cahyo, dkk.2014. Biologi. Cipta
Pustaka.
Aryulina, Diah,dkk.2004. Biologi SMA
dan MA. Jakarta: Erlangga.
http://putra-tatiratu.blogspot.com/2008/06/evolusi-6.html
http://www.edukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi%20Pokok/view&id=330&uniq=3659
http://www.scribd.com/doc/58423350/MAKALAH-EVOLUSI
http://www.scribd.com/doc/39730000/MAKALAH-EVOLUSI
http://www.scribd.com/doc/39540687/Makalah-Evolusi-Final